Jakarta (ANTARA) - Pencegahan kanker serviks bisa dilakukan semua wanita mulai dari usia muda hingga usia produktif mulai dari vaksinasi hingga perubahan gaya hidup.
Dikutip dari laman Hindustan Times, Jumat (2/2), Dr Mamatha Shriyan, Konsultan – Ginekologi di Rumah Sakit SRV di Goregaon Mumbai, merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk membantu mencegah kanker serviks.
"Menjaga gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang kaya buah dan sayur, olahraga teratur, dan berat badan yang sehat juga dapat berkontribusi menurunkan risiko kanker serviks," katanya.
Baca juga: Afghanistan akan dirikan lebih banyak pusat pengobatan kanker serviks
Selain itu, mempromosikan praktik seksual yang aman adalah aspek penting lainnya dalam pencegahan kanker serviks. Penggunaan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko penularan HPV.
Ia menjelaskan, meskipun individu yang aktif secara seksual hanya dengan satu pasangan masih dapat tertular virus HPV penyebab kanker serviks, namun risikonya dapat dikurangi dengan tetap melakukan monogami.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah hindari makanan olahan, karbohidrat olahan, lemak, daging merah, batasi konsumsi alkohol, Dan aktif secara fisik dengan Olah raga 30 menit minimal 5 kali seminggu.
Merokok merupakan faktor risiko signifikan lainnya terhadap kanker serviks. Racun dalam asap tembakau dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan merusak DNA sel, yang keduanya dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan kanker.
Baca juga: Lindungi anak dari kanker serviks, OASE KIM gelar imunisasi HPV anak
"Berhenti merokok dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan terkena kanker serviks dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan," tambahnya.
Sementara menurut Konsultan Ginekolog dan Ahli Obstetri di Rumah Sakit Umum Bhailal Amin Dr Sonia Golani mengatakan Vaksin HPV (vaksin Human Papilloma Virus) menurunkan risiko terkena kanker serviks. Vaksinasi harus dimulai pada anak perempuan berusia 9 tahun ke atas dimana 2 dosis sudah cukup hingga usia 13 tahun.
Setelah 13 tahun, diperlukan 3 dosis vaksin. Idealnya diberikan sebelum debut seksual hingga usia 23 tahun. Dan dari 23 tahun hingga 45 tahun dapat diberikan namun efektivitasnya kurang baik.
Dr. Sonia Golani mengatakan pap smear juga jadi tes skrining yang baik untuk mendeteksi dini pembatalan serviks. Tes ini dapat mengidentifikasi lesi prakanker 5-10 tahun sebelum timbulnya keganasan.
Baca juga: Menkes targetkan 90 persen anak Indonesia terimunisasi HPV pada 2030
Tes sederhana yang dilakukan berdasarkan OPD. Dokter kandungan mengambil potongan serviks dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dipelajari selnya.
Dengan tes pap smear, kita bisa melihat apakah ada infeksi HPV yang memang sudah ada, atau ada perubahan pada mukosa atau lapisan serviks dan membantu kita mendiagnosis kanker serviks sejak dini. Pemeriksaan dini membantu dokter mendiagnosis kanker serviks pada usia dini dan membantu kita menyembuhkan kanker secara menyeluruh
"Kanker serviks dapat dimulai pada usia 30 tahun dan berlanjut setiap 2-3 tahun hingga usia 65 tahun. Maka untuk mengurangi risiko kanker serviks, jaga dan pola makan sehat, tanyakan kepada dokter tentang vaksinasi HPV, lakukan pap smear secara rutin, lakukan hubungan seks yang aman dan berhenti merokok," kata dr. Sonia.
Baca juga: HPV tak hanya bisa sebabkan kanker serviks tapi juga kanker anus
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024