...ditutup pada 110,53 dolar AS per barel
New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah melonjak lebih tinggi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah ketegangan AS-Rusia atas kemungkinan serangan militer terhadap Suriah, dan ini mendorong kontrak AS ke tertinggi dalam 28 bulan terakhir.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober di New York Mercantile Exchange melonjak 2,16 dolar AS, menjadi ditutup pada 110,53 dolar AS per barel, tingkat tertinggi sejak Mei 2011.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 86 sen menjadi menetap pada 116,12 dolar AS per barel.
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat tetap berselisih paham atas rencana AS untuk aksi militer dalam menanggapi dugaan serangan senjata kimia Suriah terhadap warga sipilnya sendiri pada 21 Agustus lalu.
Pada pertemuan Kelompok 20 (G20) di St. Petersburg, Rusia, Putin mengatakan, setelah pembicaraan tak terjadwal dengan Obama, "Masing-masing dari kita bertahan dengan pendapat kita sendiri."
Perpecahan di antara para pemimpin dari 20 negara maju dan berkembang utama atas masalah itu tampak dalam sebuah pernyataan oleh 11 negara anggota yang menyerukan untuk "respon internasional yang kuat" terhadap serangan kimia, tanpa menentukan aksi militer.
"Rasa permusuhan antara Putin dan Obama membawa kembali kekhawatiran sebuah eskalasi (dalam situasi) tentang Suriah," kata James Williams dari WTRG Economics.
Meski Suriah bukanlah produsen minyak yang signifikan, pasar khawatir bahwa serangan militer bisa memiliki konsekuensi negatif yang tidak diinginkan di kawasan kaya minyak Timur Tengah.
"Minyak mentah Brent tetap di atas 115 dolar AS per barel didukung oleh kekhawatiran bahwa serangan militer AS di Suriah bisa memperluas kerusuhan di Timur Tengah dan mengganggu pasokan energi," kata pialang Marex Spectron dalam sebuah catatan kepada klien.
Laporan pekerjaan AS yang sangat diantisipasi untuk Agustus datang lebih lemah dari yang diharapkan.
Meskipun tingkat pengangguran semakin berkurang sepersepuluh poin menjadi 7,3 persen, hanya 169.000 pekerjaan ditambahkan, data ini gagal memenuhi ekspektasi para analis yakni 177.000 pekerjaan.
Namun, sebagian besar analis mengatakan mereka memperkirakan Federal Reserve akan mulai mengurangi stimulus moneter besar-besarannya yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE) pada bulan ini.
"Rilis data ekonomi utama hari ini membuat para pelaku pasar lebih bingung tentang waktu pengurangan QE," kata Fawad Razaqzada dari GFT.
Dalam berita pasar minyak lainnya, Shell mengatakan akan memulai pembicaraan kompensasi pekan depan dengan ribuan warga Nigeria yang mengatakan mata pencaharian mereka hancur oleh dua tumpahan minyak besar pada 2008 di Delta Niger.
(A026)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013