Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) belum menerima pernyataan resmi dari Pemerintah Filipina bahwa dua Warga Negara Indonesia (WNI) yaitu Dulmatin dan Omar Patek --keduanya tersangka bom Bali 2002-- tewas dalam peristiwa serangan bersama dengan enam anggota kelompok militan di negara tersebut. "Informasi tersebut baru kita terima sekitar pukul 15.00 WIB yang menyebutkan ada enam korban dalam serangan bersama tersebut, termasuk di antaranya adalah Dulmatin dan Omar Patek," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Desra Percaya kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat. Menurut dia, kebenaran informasi tersebut belum dapat dikonfirmasi oleh perwakilan Indonesia di Filipina baik oleh KBRI di Manila ataupun KJRI di Davao. Jubir mengatakan peristiwa klaim kematian dua WNI itu bukanlah pertama kalinya beredar di publik. "Yang perlu diingat adalah apabila hal tersebut tidak didukung oleh informasi maka tidak dapat sepenuhnya diterima. Yang kita takutkan adalah jika nantinya sewaktu-waktu ada kejadian tindak terorisme maka yang akan langsung dituduh melakukan adalah WNI," ujarnya. Sementara itu, sedikitnya enam orang tewas dan lima lagi cedera dalam pertempuran antara tentara pemerintah dengan gerilyawan muslim di Filipina selatan, pada Selasa lalu yang berlanjut hingga Rabu siang. Pertempuran itu terjadi setelah militer melancarkan serangan ke suatu tempat yang diduga sebagai tempat persembunyian kelompok Abu Sayyaf di kota Indanan di Pulau Jolo, 1.000 kilometer sebelah selatan Manila. Menurut Kantor Berita DPA Kolonel Antonio Supnet, kepala staf angkatan darat untuk komando wilayah selatan, mengatakan seorang pemandu sipil dan lima anggota kelompok Abu Sayyaf meninggal dalam pertempuran itu. Lima tentara juga cedera dalam insiden itu, tambahnya. Ia mengatakan serangan itu dilakukan menyusul laporan intelijen bahwa dua anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) sedang bersembunyi di kawasan di bawah perlindungan kelompok Abu Sayyaf itu. Dulmatin dan Omar Patek merupakan tersangka utama dalam kasus Bom Bali bulan Oktober 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006