"Saya akui telah terjadi penurunan demokrasi secara perlahan di bawah masa jabatan kedua Presiden Jokowi," kata Ketua Politik Islam Global di Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalization (ADI) Australia itu.
Dia mengatakan hal tersebut dalam diskusi "The View from Outside: How Indonesianists See Our Democracy, Elections, and Political Development" yang digelar Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) dan diikuti oleh ANTARA dari Jakarta.
Greg, yang banyak melakukan penelitian tentang Indonesia, mengatakan pada awalnya dia mengira para kritikus Jokowi hanya membesar-besarkan isu soal penurunan nilai-nilai demokrasi di Indonesia, tetapi dia mengakui anggapan itu bisa jadi benar.
"Saya sekarang terpaksa mengakui bahwa mereka mungkin benar," katanya.
Penurunan itu bukan berarti sudah tak ada lagi nilai-nilai demokrasi yang bisa diharapkan, tetapi Indonesia sedang memasuki fase kontestasi yang berbeda, kata dia.
"Dan mungkin ada titik balik di mana kita melihat generasi muda Indonesia benar-benar terlibat dalam kampanye demokrasi dan mempertahankannya, karena itulah yang diperlukan," kata Greg.
Dia mengatakan bahwa nilai-nilai demokrasi di dunia tengah menghadapi tantangan, tidak hanya di Indonesia.
Hal itu sebagian disebabkan oleh dorongan para elite untuk mempertahankan kekuasaan melalui jalan pintas, sementara masyarakat kurang dilibatkan dalam pengambilan kebijakan.
Greg mengakui bahwa pemerintahan Jokowi berhasil meningkatkan perekonomian, termasuk menurunkan inflasi dan angka pengangguran.
Namun, dia menilai bahwa Jokowi kurang mendukung institusi-institusi demokrasi dan belum memiliki komitmen yang kuat pada reformasi demokrasi.
Baca juga: Presiden soal petisi akademisi: Itu hak demokrasi
Baca juga: Pengamat: Pengunduran diri Mahfud wujud integritas penjaga demokrasi
Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024