Jakarta (ANTARA News) - PDIP tetap akan konsisten sebagai oposisi bagi pemerintah sesuai hasil Kongres PDIP di Bali, walaupun ada upaya untuk menempatkan tiga tokoh PDIP di kabinet. Demikian disampaikan Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait dalam dialektika demokrasi di Gedung DPR/MPR Jakarta, Jumat. Kegiatan ini juga dihadiri Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir, Ketua DPP PD Anas Urbaningrum dan pengamat politik dari UI Prof Dr Maswadi Rauf. Maruarar menyatakan, adanya tawaran tiga kursi kepada tokoh PDIP untuk duduk di kabinet baru sekadar informasi yang berkembang di kalangan internal DPP PDIP dan belum dikonfirmasi. "Tiga nama, yaitu Kwik Kian Gie, Tjahjo Kumolo dan Pramono Anung," katanya. Maruarar menyatakan, meski ada informasi seperti itu, namun pihaknya tidak akan berubah dari oposisi menjadi pragmatis atau oportunis. PDIP tetap akan konsisten sebagai oposisi bagi pemerintah. Pemerintah belum sepenuhnya berhasil mengatasi pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, investasi dan mengatasi kemiskinan. Bahkan pengangguran dan kemiskinan cenderung meningkat. "Kami tidak mau menjadi bagian dari kegagalan pemerintah mengatasi berbagai persoalan itu," katanya. Yang semakin menguatkan PDIP tetap sebagai oposisi adalah menurunnya popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla yang menunjukkan bahwa kinerjanya belum memuaskan, bahkan masih mengecewakan publik. "Popularitas Presiden dan Wakil Presiden sesuai hasil survei LSI turun dari semula 80 persen , kemudian 70 persen , terus menurun dan saat ini sekitar 38 persen . Kami sudah konfirmasi soal data ini kepada Denny JA(pimpinan LSI, red) ," katanya. Meski sebagai oposisi, kata Maruarar, bukan berarti PDIP tidak berhasil menempatkan kader-kadernya di jabatan-jabatan politik. PDIP banyak menempatkan kadernya di posisi bupati, walikota dan gubernur melalui pilkada. "Dari 10 gubernur hasil pilkada, maka lima di antaranya adalah kader PDIP," katanya. Marurar menyatakan, pihaknya tidak tertarik membahas reshuffle kabinet karena memang sebagai oposisi tidak tertarik untuk masuk kabinet. Bahkan cenderung menampik apabilad itawari masuk kabinet.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006