Salah satu indikasinya, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), yang sempat stagnan pada 2023, kini meningkat.

Medan (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan, kondisi perbankan Sumut dalam keadaan kokoh dengan likuiditas memadai sehingga siap menghadapi tantangan keuangan ke depan.

"Salah satu indikasinya, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), yang sempat stagnan pada 2023, kini meningkat. Sampai November 2023, total DPK yang dikumpulkan mencapai Rp317,38 triliun atau bertumbuh 3,22 persen 'year on year'," ujar Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Provinsi Sumut Wan Nuzul Fachri, di Medan, Kamis.

Wan melanjutkan, pertumbuhan itu tidak lepas dari penambahan simpanan deposito sebesar 6,27 persen secara "year on year" (yoy).

Secara struktur, dia menambahkan, jenis simpanan di perbankan terbanyak berbentuk tabungan (43,13 persen), kemudian deposito (38,34 persen) dan giro (18,53 persen).

Lalu terkait ketersediaan dana di perbankan Sumut, Wan menyebut bahwa likuiditas terjaga pada November 2023.

Rasio antara alat likuid (AL) dan "non-core deposit" (AL/NCD) serta rasio AL dan dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing meningkat menjadi 113,72 persen dan 23,98 persen. Perbandingannya, pada Oktober 2023, AL/NCD 107,79 persen dan AL/DPK 22,57 persen.

Apa yang tercatat pada November 2023 jauh melampaui batas yang ditentukan yakni 50 persen untuk AL/NCD dan 10 persen untuk AL/DPK.

"Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara," ujar Wan pula.

Dia memaparkan pula soal ketahanan modal perbankan Sumut yang solid, tampak dari rasio kecukupan modal (CAR) yang menjadi 27,71 persen pada November 2023, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 26,95 persen.

Dengan situasi tersebut, perbankan umum Sumut bisa menyalurkan kredit mencapai Rp256,81 triliun sampai November 2023, bertumbuh 0,69 persen secara "yoy".

Kredit tersebut didominasi kredit produktif, yakni Rp180,43 triliun atau 70,26 persen dari total tetapi dengan pertumbuhan termoderasi negatif 2,67 persen "yoy".

"Perlambatan itu dipengaruhi distribusi kredit di sektor pertanian terutama perkebunan sawit yang tertahan seiring dengan lemahnya harga minyak sawit mentah di pasar global dan industri pengolahan," kata Wan.

Selanjutnya, untuk kredit UMKM Sumut, perbankan sudah menyalurkan Rp78,23 triliun sampai November 2023 dengan pertumbuhan 12,19 persen "year on year".

Andil kredit UMKM Sumut juga ada di angka 30,46 persen, lebih tinggi dari target yang dicanangkan pemerintah 30 persen.

Lalu untuk kredit konsumtif, pada November 2023 mencapai Rp76,38 triliun atau naik 9,61 persen "year on year".

Pertumbuhan itu ditopang oleh kredit rumah tangga multiguna yang naik 9,42 persen "year on year" (yoy), KPR 9,64 persen yoy dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor 10,54 persen yoy.

Adapun kualitas kredit perbankan Sumut berada di tingkat aman, dengan rasio "non-performing loan" (NPL) bersih atau kredit macet sebesar 0,77 persen, sama dengan bulan sebelumnya, dan NPL "gross" sebesar 1,89, turun dibandingkan Oktober 2023 yakni 1,98 persen.

Di samping itu, kredit restrukturisasi terkait pandemi COVID-19 menurun Rp320 miliar dibanding bulan sebelumnya menjadi Rp7,98 triliun.

"Itu menandakan kinerja debitur yang semakin baik seiring dengan pemulihan dunia usaha," ujar Wan pula.
Baca juga: Penyaluran kredit perbankan Sumut tumbuh 6, 82 persen per April
Baca juga: OJK Sumbagut: Kredit bank-pembiayaan nonbank Sumut naik September 2023

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024