Johor Bahru (ANTARA News) - Jumlah TKI yang melarikan diri dari Johor Bahru terus meningkat menjadi rata-rata 15 orang per minggu, terbesar akibat gaji tidak dibayar majikan. "Gaji tidak dibayar menduduki peringkat teratas, selanjutnya karena perlakuan kasar majikan. Sedangkan pelarian TKI khususnya perempuan akibat pelecehan seksual menduduki urutan berikutnya," ungkap Sekretaris Informasi Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Johor Bahru, Malaysia, Isak Barry Kafiar kepada ANTARA News, Jumat. Jika dibanding enam bulan sebelumnya yang tak lebih dari 10 kasus per minggu, berarti ada peningkatan cukup besar. "Tetapi, dari data di lapangan kami mendapat informasi, jumlah TKI yang masuk pun tak kalah banyaknya dengan yang lari," kata alumnus Universitas Cenderawasih (Uncen) yang baru bertugas sekitar enam bulan di Johor Bahru ini. Diplomat karier yang berdarah Papua itu mengatakan, setiap kali ada kasus pelarian TKI, pihaknya segera memanggil para majikan. "Malahan kami pro aktif mendatangi pihak agen yang rata-rata memang nakal," aku Barry Kafiar. Ditanya detil angka pasti tentang jumlah kasus gaji tak dibayar, Barry Kafiar menyatakan, sekitar separuh pelarian karena masalah ini. "Dari 15 kasus, setengahnya karena gaji tak dibayar, baru kemudian perlakuan kasar dan pelecehan seksual," tambahnya.Mengenai kasus pelecehan seksual, memang menduduki urutan terakhir. Tetapi, karena ini sangat sensitif, sehingga sering menjadi pusat perhatian utama pihaknya, juga kalangan pers. Sementara itu, Boediono (28), bapak beranak satu awal Madiun, yang bekerja di sebuah pabrik mebel di Johor Bahru mengutarakan, tak banyak bedanya jumlah TKI pulang ke Indonesia maupun masuk Malaysia. "Banyak yang lari, terutama yang ilegal. Tetapi, yang masuk secara ilegal pun lebih banyak lagi," kata Boediono yang pendapatnya juga diamini oleh Yogi (27), seorang pekerja peternakan asal NTB. Yogi malah menuturkan, tiap hari di lokasi peternakannya yang jauh di pedalaman Johor Bahru, rata-rata ada lima orang baru masuk. "Tetapi hanya sehari bersama kami, tiba-tiba entah dibawa ke mana oleh majikan," tukas Yogi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006