"Kami akan melakukan mogok produksi tanggal 9-11 September pekan depan," kata Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin, dalam rapat dengar pendapat tentang masalah komoditas kedelai di Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Jakarta, Kamis.
"Kami sudah tidak tahan dengan harga kedelai yang mahal, hingga Rp9.000 sampai lebih dari Rp10.000," tambah dia tentang kenaikan harga per kilogram bahan baku tahu dan tempe.
Aip mengatakan, pengrajin melakukan aksi mogok produksi untuk menuntut perlindungan dari pemerintah.
Menurut dia, saat ini sebagian pengrajin tempe-tahu sudah mengurangi produksi dan bahkan sampai memberhentikan karyawan karena harga bahan baku mahal.
Mereka berharap pemerintah menunjukkan keberpihakan dengan melakukan intervensi untuk meredam kenaikan harga biji kedelai.
"Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 2 dinyatakan bahwa semua bidang produksi yang penting dikuasai oleh negara, sehingga makanya nelayan, petani dan pengrajin tempe-tahu wajib dibantu. Jadi tolong bantu kami," ujarnya.
Aip mengatakan produsen tempe dan tahu tidak akan bisa bertahan kalau harga kedelai tetap mahal karena produsen tidak mungkin menaikkan harga tempe dan tahu atau memperkecil ukuran bahan pangan tersebut.
"Kalau harga tempe-tahu kita naikkan masyarakat belum bisa terima, kalau kami turunkan ukuran masyarakat ngomel-ngomel. Kami ingin ada kebijakan yang berpihak kepada kami," kata dia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013