Jakarta (ANTARA News) - "Memutuskan, menetapkan, pertama, memberhentikan dengan hormat Laksamana Agus Suhartono dari jabatannya sebagai Panglima TNI disertai ucapan terima kasih atas pengabdian dan jasa-jasanya yang telah disumbangkan selama memangku jabatan tersebut."
"Kedua, mengangkat Jenderal TNI Moeldoko sebagai Panglima TNI," sebut keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dibacakan salah seorang perwita tinggi TNI dalam upacara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Panglima TNI, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya telah melantik dan mengambil sumpah Jenderal Moeldoko sebagai Panglima TNI pada Jumat (30/8) untuk menggantikan Laksamana Agus Suhartono yang telah memasuki masa pensiun.
Penerima Bintang Adimakayasa dan lulusan terbaik Akademi Militer 1981 itu menjadi satu-satunya calon yang diajukan Presiden SBY dan lulus menjalani uji kepatutan dan kelayakan di DPR. Komisi I DPR bersepakat menyetujui Jenderal Moeldoko menjadi Panglima TNI untuk periode selanjutnya. Keputusan ini diambil oleh Komisi I DPR setelah mendengarkan pemaparan tentang visi misi Jenderal Moeldoko dalam uji kepatutan dan kelayakan sebagai Panglima TNI.
Dalam paparannya itu, Jenderal Bintang empat yang lahir di Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957 itu, menginginkan agar kesejahteraan prajuritnya dapat ditingkatkan. Terlebih bagi prajurit yang memiliki prestasi.
Ia pun mengusulkan untuk penambahan remunerasi terhadap prajurit TNI dari 37 persen saat ini menjadi 57 persen.
"Soal remunerasi saya harapkan DPR RI bisa menyetujui kenaikan 20 persen menjadi 57 persen," ucapnya, berharap.
Moeldoko yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan darat (KSAD) selama tiga bulan sebelum dilantik sebagai Panglima TNI berharap mampu membangun tentara yang profesional, militan dan rendah hati.
Dengan profesional dan militan, menjadikan tentara kita hebat, rendah hati dan akan menghasilkan kemanunggalan yang kuat, katanya.
"Profesional, militan dan rendah hati akan mewujudkan TNI yang tangguh," katanya.
Tak hanya itu, pria yang menikah dengan Koesni Harningsih dan dikaruniai satu putra dan satu putri yakni Randy Bimantoro dan Joanina Rachma ini, juga akan melakukan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI yang saat ini mulai membaik.
"Saya akan segera menyusun program kerja. Soal alutsista akan melakukan agenda modernisasi alutsista," kata Moeldoko.
Ia pun menyadari bahwa tantangan tugas TNI ke depan tidak lah ringan, namun perlu diyakinkan dengan kebersamaan seluruh prajurit TNI dan PNS TNI serta dorongan seluruh rakyat Indonesia, TNI akan mampu melaksanakan tugas dengan baik dalam menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Moeldoko mengawali karier sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana tahun 1981. Setelah itu, ia menjabat Komandan Kompi A Yonif Linud 700/BS, Kepala Seksi Operasi Yonif Linud-700-BS, Perwira Operasi Kodim 1408/BS Makassar, dan Wadan Yonif 202/Tajimalela.
Jabatan lain, Pangdam XII/Tanjungpura tahun 2010, Pangdam III/Siliwangi tahun 2010, Wagub Lemhannas tahun 2011, Wakil KSAD tahun 2013, dan KSAD tahun 2013.
Moeldoko juga pernah mengikuti Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada.
Tanda kehormatan negara yang pernah diraih Moeldoko berupa Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV, Satya Lencana Seroja, tanda jasa dari PBB, Satya Lencana Santi Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Utama.
Oleh Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013