Pakistan adalah negara dengan potensi berlimpah

Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional memberi Pakistan pinjaman sebesar 6,7 miliar dolar AS pada Rabu untuk membantu negara bersenjata nuklir yang sedang kesulitan itu mencapai reformasi ekonomi, khususnya di sektor energinya yang bermasalah.

Dewan eksekutif IMF mengesahkan pinjaman selama tiga tahun, dengan pencairan awal 540 juta dolar AS untuk pemerintah Pakistan.

Sisanya akan dibayarkan secara merata selama durasi program, tergantung pada penyelesaian tinjauan triwulanan, pemberi pinjaman global yang berbasis di Washington itu mengatakan.

Dalam pengumuman pinjaman pada Rabu kepada pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif, IMF mengatakan bahwa kepatuhan Pakistan terhadap program kemungkinan akan mendorong dukungan keuangan dari donor-donor lainnya.

"Meskipun menghadapi tantangan, Pakistan adalah negara dengan potensi berlimpah, mengingat lokasi geografis dan kaya sumber daya manusia dan sumber daya alam," kata IMF, seperti dilaporkan AFP.

"Program pemerintah diharapkan dapat membantu ekonomi berbalik naik, mencegah krisis neraca pembayaran dan membangun kembali cadangan, mengurangi defisit fiskal, dan melakukan reformasi struktural yang komprehensif untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan."

Bantuan IMF adalah Extended Fund Facility (EFF), jenis bantuan yang ditujukan untuk membantu negara yang menghadapi masalah neraca pembayaran yang serius karena kelemahan struktural yang membutuhkan waktu untuk mengatasinya.

Jangka waktu pengembalian pinjaman EFF antara 4,5 hingga 10 tahun.

Pinjaman ini ditujukan untuk mengurangi defisit fiskal Pakistan -- yang mendekati sembilan persen dari produk domestik bruto pada tahun lalu -- ke tingkat yang lebih berkelanjutan dan reformasi sektor energi untuk membantu mengatasi pemadaman listrik yang parah yang telah melemahkan potensi pertumbuhan.

Berbagai masalah menakutkan negara itu berkisar dari sektor energi yang lumpuh oleh utang lima miliar dolar AS hingga berkurangnya cadangan devisa dan melemahnya kurs mata uang, sementara harus menghadapi pemberontakan Taliban.

Pertumbuhan ekonomi telah tertatih-tatih dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan produk domestik bruto naik 3,7 persen pada 2012 dan diperkirakan akan melambat menjadi 3,5 persen tahun ini dan 3,3 persen pada 2014, menurut proyeksi terbaru IMF .

Pertumbuhan telah "jauh di bawah yang dibutuhkan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi meningkatnya angkatan kerja dan mengurangi kemiskinan," misi IMF di Pakistan melaporkan pada Juli.

Permintaan untuk pinjaman datang hanya beberapa minggu setelah pemilu Mei yang menandai transisi kekuasaan demokratis pertama di negara itu, menempatkan Sharif di kantornya.

Pinjaman baru datang setelah negosiasi berbulan-bulan. Pakistan sebelumnya menunda program pinjaman IMF 11,3 miliar dolar AS pada 2011 setelah menolak untuk melaksanakan reformasi keuangan yang ketat, dan masih berutang sekitar empat miliar dolar AS kepada IMF.

Situasi politik di Pakistan diperkirakan akan menimbulkan tantangan untuk IMF.

"Tidak ada keraguan bahwa itu akan menjadi program yang sangat sulit bagi IMF untuk mengawasinya," Jacob Kirkegaard dari Peterson Institute for International Economics mengatakan kepada AFP.

"Pakistan adalah negara di mana militernya terus memiliki peran yang sangat besar, tidak hanya pada keamanan nasional tetapi juga pada sebagian besar perekonomian," katanya.

Kirkegaard menambahkan bahwa itu "sangat tidak mungkin" militer akan berjalan bersama dengan langkah-langkah reformasi tertentu di bawah program pinjaman yang didukung IMF.

"Jika Pakistan bukan negara bersenjata nuklir, negara-negara yang dominan di Dewan IMF mungkin akan kurang tertarik untuk mencoba segala kemungkinan menstabilkan situasi di sana," katanya.



Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013