Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Jumat pagi, melemah lima poin menjadi Rp9.095/9.105 dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya, yakni pada level Rp9.090/9.0130 per dolar AS, akibat masih berlanjutnya spekulasi beli dolar. "Penurunan rupiah terhadap dolar AS tidak besar, namun spekulasi untuk membeli dolar AS masih berlanjut, karena pelaku menunggu keluarnya data tenaga kerja AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Jumat. Dia mengatakan rupiah masih mendapat tekanan pasar meski tidak besar, karena investor lokal lebih suka memegang dolar AS, apalagi mata uang asing itu di pasar global menguat terhadap yen dan euro. Rupiah, lanjutnya, memang sulit untuk bisa mendekati level Rp9.000 per dolar AS, karena masih banyak hambatan yang harus dihadapi, sehingga posisinya tak menentu yang berkisar antara Rp9.100 hingga Rp9.150 per dolar AS. Penyebab utama belum stabilnya rupiah, karena pertumbuhan ekonomi masih melambat belum sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, sehingga pergerakan mata uang lokal itu belum stabil, katanya. Hambatan yang mengakibatkan ekonomi melambat, menurut dia, bencana alam seperti gempa dan tsunami yang terjadi di berbagai daerah Indonesia membuat program pembangunan pemerintah tidak berjalan semestinya. Karena itu, rupiah sangat sulit untuk bisa menguat, karena peranan pasar saat ini didominasi oleh aksi beli dan jual oleh investor, katanya. Namun, lanjutnya, peluang rupiah untuk menguat akan terjadi apabila bank sentral AS (The Fed) menurut rencana akan menunda kenaikan suku bunga AS, melihat indikator ekonomi AS cenderung membaik, seperti laporan tenaga kerja AS yang meningkat. Apalagi pasar saham Asia juga cenderung menguat, setelah adanya laporan bahwa stok cadangan minyak AS membaik dan berkurangnya kekhawatiran atas suku bunga AS itu, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006