Deflasi masih mungkin terjadi bulan depan, waktu masih lumayan banyak, sebetulnya masih bisa turun dari proyeksi,"
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan adanya kemungkinan terjadi deflasi pada Oktober 2013 karena sudah tidak adanya pengaruh Ramadhan dan Idul Fitri.
"Deflasi masih mungkin terjadi bulan depan, waktu masih lumayan banyak, sebetulnya masih bisa turun dari proyeksi," katanya usai rapat koordinasi terkait pangan di Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian Jakarta, Rabu.
Suryamin mengatakan untuk mengupayakan deflasi ataupun inflasi di bawah proyeksi, masalah ketersediaan dan permintaan harus bisa diatasi.
"Ada harga komoditas yang benar-benar turun, ada yang masih naik, tetapi kenaikannya rendah dan itu masih bisa diupayakan agar jangan sampai ada yang naik lagi," katanya.
Dia mengimbau pemerintah menjaga stabilitas harga delapan komoditas yang saat ini sudah mengalami penurunan, untuk mengendalikan laju inflasi beberapa bulan ke depan.
Sejumlah komoditas pangan yang mulai mengalami penurunan harga tercatat pada minggu pertama September 2013 yaitu bawang merah turun 19,89 persen, cabai merah 5,46 persen, cabai rawit 9,25 persen, bawang putih 1,28 persen, daging sapi 0,16 persen dan telur ayam ras 0,38 persen.
Sementara itu komoditas yang masih mengalami kenaikan harga, antara lain ikan bandeng, daging ayam ras, beras dan kedelai karena suplai yang mengalami masalah akibat cuaca buruk di beberapa daerah tertentu.
Namun dia juga mengatakan pemerintah harus mengantisipasi kenaikan harga komoditas utama menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2014. "Pemerintah perlu menyiapkan langkah strategis agar harganya tidak melejit," katanya.
Dia menyebutkan dua komoditas yang masih mengganggu inflasi yaitu kedelai dan emas. Namun, dia menilai dengan adanya impor kedelai yang akan segera dilakukan pemerintah akan membantu agar harga stabil. "Jadi inflasi bisa tertolong," katanya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik Sutarto Alimoeso meminta pemerintah mempercepat impor kedelai untuk mengantisipasi melonjaknya harga dan langkanya ketersediaan yang kini tinggal 350.000 ton sementara kebutuhan dalam setahun sekitar 2,4 juta ton.
"Tidak perlu ditahan lagi, dengan dibebaskan impor akan datang lebih banyak," katanya.
Namun, dengan izin yang baru dikeluarkan Kementerian Perdagangan Jumat (30/2) lalu, dia mengatakan masih butuh proses untuk negosiasi bisnis.
(J010/A039)
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013