Padang (ANTARA News) - Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengatakan bencana tsunami tidak bisa ditahan oleh siapa pun, dan yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan bagaimana musibah itu tidak menimbulkan kerugian besar. "Yang paling pokok dalam hal ini adalah mempersiapkan diri dan melatih masyarakat menghadapi bencana tsunami," kata Jusuf Kalla di Padang, Kamis. Hal itu disampaikan Wapres menanggapi pertanyaan, langkah-langkah apa yang disiapkan pemerintah untuk menghadapi ancaman tsunami seperti terhadap Kota Padang yang memiliki kerawanan tertinggi. Menurut Wakil Presiden, Kota Padang, Sumatera Barat, merupakan salah satu daerah pertama yang secara rutin melatih dan mempersiapkan masyarakatnya menghadapi tsunami. Padang telah menentukan dimana tempat evakuasi jika terjadi tsunami dan itu adalah hal yang paling pokok, ujarnya. Di kota ini, juga telah dibuat tanda-tanda bahaya dan jalan-jalan yang efektif untuk mengurangi korban saat dilakukan evakuasi tsunami, ujarnya. Sementara itu, menurut LSM Komunitas Siaga Tsunami (Kogami), berdasarkan pendataan Pemko Padang dan Kogami sebanyak 355.312 warga Padang bermukim di daerah rawan gelombang tsunami. Data itu dikeluarkan akhir 2005, berkaitan digelarnya simulasi evakuasi Tsunami di Kota Padang yang melibatkan ribuan warga setempat. Menurut Kogami, hasil penelitian para ahli dunia diketahui bencana gelombang tsunami menghantam Pulau Sumatera, setiap 200 tahun dan Kota Padang mempunyai potensi resiko tertinggi jika musibah itu terjadi. Peneliti itu antara lain Prof Kerry Sieh dan Dr Danny Natawidjaya yang hasil penelitiannya disampaikan dalam pertemuan ahli gempa dan tsunami se-dunia di Padang beberapa waktu lalu.Risiki tertinggi di dunia Penelitian itu juga mengungkapkan Kota Padang dalam sejarah telah dua kali dilanda gelombang tsunami, yakni pada tahun 1604 dan 1833. Selain itu, majalah National Geographic Indonesia Edisi I juga menyebutkan Padang mempunyai potensi risiko tertinggi di dunia jika terjadi tsunami ditinjau dari jumlah penduduk yang berada di pesisir pantai. Tingginya risiko ini disebabkan letak geografis Padang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan dilalui lempeng Indo Australia-Eurasia yang aktif bergerak empat hingga enam centimeter pertahun. Pergerakan lempeng itu jika berbenturan atau mengalami patahan dapat memicu terjadinya gempa bumi yang berpotensi diikuti gelombang tsunami. Kogami menjelaskan jika tsumani kembali terjadi di Padang maka diprediksi arus gelombang mencapai pantai 20 hingga 30 menit setelah terjadi gempa dengan ketinggian mencapai lima meter dari permukaan laut. Meskipun tidak semua gempa menimbulkan tsunami, namun karena Padang dilalui lempeng, tiap guncangan gempa akan bisa dirasakan dan dapat dijadikan peringatan dini jika kemungkinan terjadinya tsunami. Tsunami selalu didahului gempa yang disebabkan oleh patahan atau berbenturan lempeng, jatuhnya benda langit atau kekuatan tektonik di daratan yang mempengaruhi gerakan lempeng di dasar laut. Sedangkan tanda-tanda gempa berpotensi tsunami adalah yang menyebabkan manusia tidak bisa berdiri seimbang, robohnya bangunan dan getaran/goncangan terjadi lebih dari satu menit. (*)
Copyright © ANTARA 2006