Pokoknya Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara Perubahan (APBN-P) 2013, kita jaga supaya defisitnya (defisit anggaran) 2,38 persen. Kita akan jaga defisit (anggaran) apapun yang terjadi,"

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menegaskan serangan terhadap Suriah oleh Amerika Serikat, yang kemungkinan besar berakibat pada kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) tidak akan mempengaruhi target defisit anggaran dalam APBN-P 2013.

"Pokoknya Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara Perubahan (APBN-P) 2013, kita jaga supaya defisitnya (defisit anggaran) 2,38 persen. Kita akan jaga defisit (anggaran) apapun yang terjadi," kata Bambang usai rapat koordinasi terkait pangan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan gejolak ekonomi yang akan diakibatkan serangan terhadap Suriah tersebut tidak akan langsung berdampak pada kenaikan harga BBM.

"Konsekuensianya kita harus bisa menyediakan biaya subsidi yang lebih besar. Tapi, kita atur," katanya.

Iaa juga meyakini kuota untuk subsidi BBM tidak akan "membengkak" masih sesuai dengan yang ditargetkan dalam APBN-P 2013, yakni sebesar 48 juta kiloliter.

Namun, Bambang mengatakan akan mempertimbangkan jika ada perubahan harga ICP akibat gejolak ekonomi apabila AS menyerang Suriah.

"Ya pokoknya nanti kita lihat, yang penting kita tetap menjaga defisit tidak lewat dari APBN-P 2013," katanya.

Dalam kesempatan sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa berjanji akan mempercepat penggunaan biodiesel untuk mengantisipasi dampak gejolak ekonomi serangan terhadap Suriah.

"Jadi, mempercepat penggunaan biodiesel itu mutlak harus kita lakukan. Tentu kita sudah mengantisipasi semua," katanya.

Ia mengatakan kebijakan yang akan diambil menyusul kemungkinan gejolak ekonomi yang akan terjadi harus hati-hati. "Saya kita kita juga mengecek apakah nanti akan berpengaruh. Saya kira ada pengaruhnya pada harga minyak, kita harus jaga dan hati-hati betul," katanya.

Hatta menyebutkan kebijakan yang mungkin akan diterbitkan, yakni konsisten menaikkan produksi dengan upaya "enhanced oil recovery" (EOR), meningkatkan insentif untuk mencari ladang-ladang baru dan menekan konsumsi BBM.

EOR merujuk pada teknik lanjutan yang diupayakan untuk mengangkat minyak apabila sejumlah teknik dasar sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak sesuai target atau pun tidak ekonomis.

Ia juga mengingatkan terkait penghematan dengan diversifikasi energi harus dijalankan dengan konsisten.

"Diversifikasi energi kan klasik. Kalau saya bicara itu, `ah` klasik itu. Ya memang itu, (upaya) penghematan dilakukan," katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai konflik Suriah juga akan mengganggu ekspor minyak ke negara-negara Timur Tengah dan berdampak pada terganggunya pasokan minyak.

"Nanti pasokan di Suriah akan terganggu, saya belum tahu untuk di Terusan Suez, tapi mudah-mudahan di Timur Tengah bagian Selatan relatif tidak terganggu," katanya.
(J010/S004)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013