Tidak ada cara lain, kecuali fondasinya kita perbaiki, yaitu masalah `current account deficit` (defisit neraca transaksi berjalan) dan inflasi, itu saja kalau kita ingin dapatkan kestabilan. Kestabilan di sini dalam artian memperkecil jarak selisih i
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro berpendapat bahwa memperbaiki inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan akan mampu menstabilkan kurs rupiah yang mengalami selisih cukup jauh antara di Bank Indonesia dan di pasar keuangan.
"Tidak ada cara lain, kecuali fondasinya kita perbaiki, yaitu masalah `current account deficit` (defisit neraca transaksi berjalan) dan inflasi, itu saja kalau kita ingin dapatkan kestabilan. Kestabilan di sini dalam artian memperkecil jarak selisih itu," katanya usai rapat koordinasi terkait pangan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu.
Kurs rupiah di Bank Indonesia pada Rabu pagi yakni Rp11.148 per dolar AS, sementara di pasar uang Rp11.409 per dolar AS.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 25 poin menjadi Rp11.450 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.425 per dolar AS.
Bambang mengatakan dampak perbedaan selisih yang cukup "lebar" tersebut dipicu karena ketersediaan dolar AS yang terbatas dan sejumlah spekulan yang memanfaatkan kondisi tersebut.
"Jadi, kalau mungkin nilai tukar di luar itu menjadi besar karena dolarnya terbatas dan ada orang yang mencari kesempatan. Jadi, tidak bisa dikontrol (dikendalikan)," katanya.
Dia juga mengatakan selain memperbaiki inflasi dan neraca transaksi berjalan, perlu juga untuk menjaga konfiden (kepercayan) di pasar.
Dia mengatakan perbedaan nilai tukar antara di bank sentral dan di pasar itu juga terjadi di negara lain.
"Kalau di luar negeri, kita lihat juga enggak beda jauh. Selisih itu pasti enggak bagus, enggak ada yang ideal, yang ideal itu enggak ada selisih," katanya.
(J010/R007)
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013