Bale bukan sekedar sekrup dari sebuah mesin organisasi bernama kantor "Tottenham Hotspur" di Premier League, atau kantor "Real Madrid" di La Liga.
Jakarta (ANTARA News) - Julukannya "ruarrr...biasa", dan anda sedari awal sudah perlu menancapkan kosakata kepada dia sebagai pesepak bola termahal sejagad, dengan mengamini predikat sebagai "Pangeran Wales". Dialah Gareth Frank Bale!
Ya, anda..., satu persatu anda yang sedang berkantor di gedung-gedung jangkung, gedung yang hendak meraih atap langit metropolitan Jakarta, kini dapat menimba satu persatu butir-butir inspirasi dari GB 11, begitulah kostum yang dibentangkan Bale untuk menyapa relung hati stadion Santiago Bernabeu.
Bale yang berjuluk "The Welsh Wizard", segera bergabung dan siap bermain memperkuat lini depan Real Madrid. "Los Galacticos" yang mengoleksi sejumlah pemain bintang menyambut riang kedatangan mantan gelandang serang Tottenham Hotspur.
Sambutan hangat diberikan sekitar 30 ribu suporter sejati "Los Blancos" kepada pemain Wales berusia 24 tahun itu. Hamparan karpet merah selamat datang di markas Madrid ditebar, dan Bale disambut sebagai sejawat yang membuat daya gedor Madrid semakin menakutkan bagi lawan. Dialah Cristiano Ronaldo.
Pemain yahud asal Portugal yang punya rambut klimis itu kemudian disanding-sandingkan dengan Bale yang tak kalah bertampang khas bintang Hollywood. Bukan rahasia umum lagi bila bintang sepak bola dunia kini "nyambi" sebagai ikon iklan. Sebut saja, David Beckham.
Sosok Bale, menurut situs Marca, boleh jadi menjadi "santapan" bagi para pendulang pundi-pundi di dunia iklan. Ia dianggap sebagai ikon untuk memasarkan produk dagangan para pengiklan. Jutaan euro menggelontor ke sejumlah pihak yang terlibat di dalamnya.
Bale kini lekat dengan semerbak juta-juta euro. Ia bintang gemerlap di Tottenham dan di Premier League, bahkan ia secara khusus mampu mendatangkan iklan berskala besar di NBC, mempromosikan Premier League di Times Square, jantung kota New York.
Bale juga dianakemaskan oleh Electronics Arts sebagai salah satu bintang di sampul videogame FIFA 2014 di Inggris. Ia bahkan diarak tampil bareng dengan bintang Barcelona, Leo Messi. Gelandang serang asal Wales itu juga "dimanfaatkan" untuk menyapa dan mendulang para pelanggan British Telecom TV channel, BT Sport.
Memang, ada simpang siur mengenai nilai transfer Bale. Harian Spanyol, Marca menyebut Madrid harus membayar 91 juta euro atau Rp1,3 triliun. Media massa Inggris menyebut nilai transfernya mencapai 86 juta pound atau sekitar Rp1,4 triliun.
Artinya, jumlah itu membetot rekor bayaran transfer termahal bagi pesepakbola sekolong langit, yang sebelumnya dibayarkan bagi CR7, julukan bagi Cristiano Ronaldo, senilai 80 juta pound, dari Manchester United pada 2009.
Lha, inspirasi apa yang dapat diambil dari kepindahan sang Pangeran Wales ke Madrid? Media massa kontan menjawab, Bale memiliki profesionalisme dan fleksibilitas.
Profesionalisme, karena Bale dapat dijadikan anutan bagi perilaku pemain di dunia kerja yang bernama Tottenham Hostpur, dan kini Real Madrid. Ia pemain yang sarat peduli, karena relatif tidak bermasalah di kamar ganti pemain selama berlaga di Premier League.
Hebatnya, Bale sejauh ini mampu memberi seratus persen talentanya bagi "kantor" tempatnya bekerja. Bale bukan punggawa yang ogah-ogahan.
Buktinya? Bale tidak sebatas mencetak gol, tetapi berperan bersungguh-sungguh dalam proses terjadinya gol. Bale bukan sekedar sekrup dari sebuah mesin organisasi bernama kantor "Tottenham Hotspur" di Premier League, atau kantor "Real Madrid" di La Liga.
Musim kompetisi 2012-13, Bale membukukan 25 gol dan melesatkan 272 umpan, menyumbangkan 75 assist dan melesakkan 73 tendangan ke arah gawang.
Resepnya? Bale mengandalkan kelenturan atau fleksibilitas, karena ia mampu bergerak ke beberapa posisi lapangan dan beradaptasi dengan pas benar di berbagai posisi.
Posisi idealnya, bek kiri, tapi ia mampu bermain di kedua sisi, baik kanan maupun kiri. Ia mampu juga menempati posisi sebagai gelandang serang, bahkan ia mampu bermain sebagai penjaga gawang. Bale multi talenta di dunia kerja serba njlimet dewasa ini.
Bale bagaikan kena kibasan tongkat sihir Harry Potter, sampai-sampai klub sekelas Real Madrid mau merogoh koceknya dalam-dalam. Bukan sihir, bukan sulap, Bale menguasai tandon kosa kata kubu Los Blancos untuk menenggelamkan kekokohan bahtera salah satu klub elite sepak bola Spanyol.
Di dunia kerja yang serba kompetitif ini, Bale menghidupi talentanya selama berlaga di Inggris dengan tiada henti menghirup oksigen kosa kata bahwa tidak ada hal yang benar atau salah.
Bale mampu mengeja-ulang talentanya dengan menunjukkan satu butir mutiara inspirasi bahwa kosa kata dunia kerja di kantor bukan semata soal benar atau salah, melainkan tepat atau kurang tepat.
Implikasinya, kosa kata dari mereka yang bekerja di kantor, dapat saja bergeser, bahkan berubah, karena orang bersentuhan dengan orang lain yang juga punya kosa kata berbeda. Bale bersedia berpindah ke lain hati, ke Real Madrid, karena ia menyadari bahwa apa pun yang diyakini suatu ketika dapat saja berubah.
Bale tidak sendiri. Ia menghidupi kosa kata jamannya, utamanya transfer pemain. Neymar kini berkubang di Barcelona, Mario Goetze yang bermain di Bayern Muenchen tetap di klubnya. Edinson Cavani memilih di Paris St.-Germain, Radamel Falcao (Monaco), dan Marquinhos (PSG), dan Mezut Oezil kini digaet Arsenal.
Bagaimana transfer pemain musim ini bisa dieja, dengan berangkat dari drama Bale? "Semuanya ini seperti kemacetan lalu lintas, khususnya lalu lintas di Premier League," kata Profesor dari Universitas Duke, Laurent Dubois yang kerapkali mengulas kaitan antara sepak bola dan dunia politik.
"Ada sejumlah alasan mengapa para pemain bintang kini bersedia melanglangbuana, semuanya itu terpulang kepada situasi yang spesifik," kata Dubois sebagaimana dimuat dari harian New York Times.
Bagaimana membaca kosa kata Bale yang hengkang ke Real Madrid? Apakah Premier League bagaikan gadis molek yang kini ditinggalkan para pemuda pemujanya?
"Dari luar bisa dipandang bahwa bisa saja Premier League tidak lagi menarik bagi para pemain berkelas dunia,` kata penulis sejumlah buku mengenai sepak bola Inggris, Philippe Auclair.
"Jika anda lebih mau membuka hati, kekuatan skuad kini lebih menjadi prioritas perhatian. Pertanyaan lanjutannya, di mana posisi sesungguhnya Premier League di percaturan sepak bola global?" katanya.
Bale pergi. Manchester City justru menambah amunisi dengan mendatangkan Jesus Navas dan Stevan Jovetic, untuk melengkapi David Silva dan Edin Dzeko. Dan uang terus berbicara sebagai kosa kata anyar di Premier League.
Sepuluh tahun lalu, Beckham meninggalkan Premier League menuju Madrid. Empat tahun lalu, CR7 berbuat setali tiga uang. Peristiwa serupa terjadi kepada Bale yang tengah menjadi bintang gemerlap di kancah sepak bola Inggris.
Spurs kehilangan Bale, dan kafilah Premier League jalan terus. Nah, untuk mereka yang bekerja kantoran, ada tiga inspirasi dari kasus Bale ini.
Pertama, ide anyar biasanya membutuhkan imajinasi serba "liar", bukan imajinasi semenjana saja, seperti keberanian dan kenekadan kubu Real Madrid.
Imajinasi liar biasanya datang dari hal-hal yang sedikit-sedikit ganjil. Imajinasi liar bukan anak kandung bernalar dan bertindak linear atau lurus-lurus saja, sebagaimana diajar oleh murid dari filosof Yunani kuno, Plato yang berkata, segala sesuatunya adalah idea.
Kedua, inti dari kompetisi yakni produk yang benar-benar berbeda dari yang sudah ada. Kubu "Los Galacticos" tahu dan paham benar bahwa Bale bukan produk yang biasa-biasa saja. Dia sosok kompetitif.
Ketiga, Bale menghidupi budaya menang, karena ia tahu kekuatan dari imajinasi ketika membela klubnya. Ia pemain serba bisa. Tanpa kosa kata yang luas dari imajinasi yang luas pula, Bale tidak akan berjuluk "Pangeran Wales".
(A024)
Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013