Maka dari itu kami berharap pemerintah bisa secepatnya mencarikan solusi untuk kami agar harga kedelai bisa kembali normal atau harganya paling tinggi hanya Rp7 ribu/kg."
Sukabumi (ANTARA News) - Harga kedelai impor di selatan Kabupaten Sukabumi terus merangkak naik bahkan harganya kini Rp11 ribu per kilogramnya sejalan dengan terus melemahnya rupiah terhadap dolar.
"Tingginya harga kedelai tersebut karena biaya kirim yang meningkat, karena untuk memasok ke wilayah selatan membutuhkan ongkos yang cukup besar," kata Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Pengrajin Tahu dan Tempe Sukabumi, Dadang Jamaludin kepada Antara, Rabu.
Menurut Dadang, melonjaknya harga kedelai impor ini khususnya untuk pengrajin yang ada di wilayah selatan atau pelosok sangat memberatkan mereka, karena mayoritas di daerah tersebut merupakan pengrajin kecil sehingga dengan naiknya harga kedelai tersebut apalagi yang harganya sampai Rp11 ribu/kg sangat berdampak.
Bahkan tingginya harga kedelai impor tersebut banyak pengrajin yang tidak berproduksi karena modalnya tidak mencukupi untuk membeli kedelai yang saat ini harga untuk normalnya saja mencapai Rp9.500/kg, apalagi jika pengrajin yang berada di selatan sudah dipastikan harganya lebih mahal.
Lebih lanjut, maka dari itu agar pengrajin tidak terlalu merugi akibat naiknya harga kedelai ada yang sebagian mengurangi ukuran atau menaikan harga tahu dan tempe, namun untuk langkah tersebut masih dilema untuk para pengrajin karena imbasnya bisa saja dagangan yang dijualnya tersebut tidak laku di pasaran.
"Maka dari itu kami berharap pemerintah bisa secepatnya mencarikan solusi untuk kami agar harga kedelai bisa kembali normal atau harganya paling tinggi hanya Rp7 ribu/kg," tambahnya.
Di sisi lain, pihaknya juga terus memantau perkembangan harga kedelai dan produksi tahu dan tempe di setiap pengrajin, namun untuk sampai saat ini pengrajin yang tergabung dalam forumnya belum ada yang gulung tikar, adapun ada beberapa pengrajin yang tidak berproduksi karena modalnya digunakan untuk usaha lain menunggu harga kedelai normal. (ADR/M019)
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013