"Kalau kita ikut dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB, kita bisa ikut menyusun aturan main dan memastikan semua berjalan sesuai aturan," kata Presiden.
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa Indonesia akan ikut memperjuangkan agar negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) dapat lebih terlibat dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB di Lebanon. "Lebanon setuju agar pasukan perdamaian PBB yang sudah ada di sana (UNIFIL) diperluas mandat dan kapasitasnya. Kita pegang itu dan akan kita perjuangkan agar negara anggota OKI terlibat," kata Presiden Yudhoyono dalam jumpa pers, Kamis, usai bertemu Menlu Lebanon Fawzi Salloukh di lantai 29 Hotel JW Marriot, Kuala Lumpur, tempat Presiden menginap. Kepada Menlu Lebanon Fawzi Salloukh, Presiden menegaskan kembali komitmen Indonesia yang siap mengambil bagian setelah dilaksanakannya gencatan senjata, dengan bergabung dalam pasukan perdamaian PBB. Hal itu sesuai dengan keinginan Lebanon yang memandang perlu bahwa pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) diperbesar mandat dan ruang lingkupnya serta kapasitasnya ditingkatkan. "Kita siap kirim satuan tugas setingkat batalyon untuk menjadi bagian dari pasukan pemelihara perdamaian PBB agar Indonesia bisa berkontribusi memastikan berlangsungnya gencatan senjata," kata Presiden. "Kalau kita ikut dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB, kita bisa ikut menyusun aturan main dan memastikan semua berjalan sesuai aturan," tambahnya. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen memberi bantuan kemanusiaan kepada Lebanon. Presiden menyatakan rasa syukurnya atas hasil yang dicapai dalam sidang darurat OKI tersebut. "Mudah-mudahan ini bisa menjadi babak baru dan bisa didengar. Harapan kita dalam waktu yang tidak terlalu lama, sekitar satu minggu ini, ada langkah-langkah global yang dipelopori PBB untuk menghentikan peperangan di Timur Tengah," katanya. Negara anggota OKI, lanjutnya, telah sepakat untuk menulis surat kepada Sekjen PBB dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, dan Rusia, tentang desakan agar benar-benar dilakukan gencatan senjata dan tanpa syarat. "Kita akan pantau agar dalam satu minggu ini ada langkah kongkrit dari PBB untuk menghentikan peperangan di Timur Tengah dengan mewujudkan gencatan senjata. Satu minggu ini cukup berharga, kalau tidak berapa banyak lagi korban yang berjatuhan," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006