Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga minyak di tingkat dunia berpengaruh positif terhadap APBN 2006 karena setiap kenaikan satu dolar harga minyak bisa berdampak netto (surplus) pada APBN sebesar Rp0,0-0,4 triliun. "Dampak kenaikan harga minyak positif bagi APBN," kata kata Kepala Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (Bapekki) Depkeu, Anggito Abimanyu, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, kenaikan harga minyak memang menyebabkan adanya kenaikan subsidi BBM namun jumlah penerimaan akibat kenaikan harga minyak tersebut lebih besar dibanding dengan beban yang harus dikeluarkan. Hal tersebut, katanya, berbeda dengan kondisi tahun 2005 dimana kenaikan harga minyak menyebabkan jumlah pengeluaran lebih besar dibanding penerimaan. Berdasarkan perhitungan pada 2006, kenaikan satu dolar harga minyak akan menyebabkan tambahan penerimaan Rp3,9 triliun. Sementara itu tambahan belanja sebesar Rp2,5-Rp2,8 triliun, yang terdiri dari penambahan subsidi BBM Rp2,0-2,4 triliun dan Dana Bagi Hasil sumber daya alam migas 0,5 triliun. Sementara itu dampak pada subsidi listrik sekitar Rp1,0 triliun. Sehingga dampak neto pada APBN adalah Rp0,0-Rp0,4 triliun untuk kenaikan setiap satu dolar harga minyak. Angka tersebut menggunakan asumsi volume BBM bersubsidi 37-41 juta kiloliter. Sebelumnya (19/7) pemerintah dan DPR menyepakati kuota BBM bersubsidi 2006 dalam APBN Perubahan (APBNP) sebesar 37,9 juta kiloliter. Dalam raker Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Komisi VII DPR yang membahas sejumlah asumsi APBNP itu disepakati kuota premium 17 juta kiloliter, minyak tanah 9,9 juta kilolilter, dan solar 11 juta kiloliter. Kuota tersebut mengalami penurunan ketimbang asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2006 sebesar 41,5 juta kiloliter. Raker itu juga disepakati harga minyak mentah (Indonesia crude price/ICP) dalam APBNP antara 62-67 dolar AS per barel dan produksi minyak serta sebesar 1,05 juta barel per hari. Harga minyak ICP itu mengalami kenaikan ketimbang APBN yang ditetapkan 57 dolar AS per barel. Sedangkan, volume produksi tersebut mengalami penurunan 60 ribu barel per hari dibandingkan APBN 2006 yang ditetapkan 1,11 juta barel per hari.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006