Semua ini bisa dilihat oleh siapa saja. Sebab aksi mereka tergolong terbuka dan konsumennya sangat banyak. Semua ini harus segera mendapatkan perhatian pemerintah. Karena apabila terus dibiarkan aksinya akan terus meluas,"
Samarinda (ANTARA News) - Komisi II DPRD Kaltim menyayangkan maraknya praktik rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi dengan mayoritas konsumennya adalah pedagang dengan modal kecil di pasar-pasar tradisional Samarinda, Kalimantan Timur.

Anggota Komisi II DPRD Kaltim Sudarno di Samarinda, Selasa, menyesalkan praktik rentenir tersebut tidak tersentuh aturan ataupun kebijakan pemerintah daerah selaku penangung jawab pasar tradisional.

Padahal, lanjut Sudarno, kondisi berimbas negatif bagi pengusaha kecil itu. Jika tak mampu membayar, hal paling parah; pedagang terpaksa melepas tempat tinggal mereka karena disita oleh rentenir.

"Semua ini bisa dilihat oleh siapa saja. Sebab aksi mereka tergolong terbuka dan konsumennya sangat banyak. Semua ini harus segera mendapatkan perhatian pemerintah. Karena apabila terus dibiarkan aksinya akan terus meluas," harap Sudarno.

Menurut Sudarno, pemerintah pusat dan daerah sebenarnya telah banyak menggalakkan program-program yang bertujuan memberikan pinjangan modal usaha dengan bunga ringan.

Bahkan di antaranya ada tanpa agunan. Namun praktiknya di lapangan masih banyak pedagang yang menggunakan jasa rentenir, padahal risiko untuk merugi jauh lebih besar.

Politisi asal PDIP itu menilai masih minimnya sosialisasi membuat banyak pedagang terutama pemula lebih memiliih rentenir ketimbang program pemerintah. Di samping itu proses yang lebih rumit dalam mengajukan dan pencairan membuat sebagian pihak merasa dipersulit.

"Jangan sampai pemerintah hanya berfokus kepada pengembangan dunia koperasi yang berjenis industri sawit dan sejenisnya. Padahal banyak para pedagang tradisional yang sangat membutuhkan modal," beber Sudarno.

Ia berharap pemerintah provinsi turun tangan untuk berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dalam mengatasi persoalan ini. Pasalnya, pedagang pasar tradisional terus terpuruk karena sejumlah persoalan, mulai dari naiknya harga komoditi bahan pangan hingga, semakin maraknya mini market dan supermarket, yang membuat pelanggan mereka beralih.

"Kalau pemerintah tidak mau menolong maka dapat dipastikan nasib pedagang pasar tradisional ke depannya kian tak menentu. Iklim dunia usaha menengah ke bawah semakin terpuruk yang otomatis berimbas pada meningkatnya jumlah pengangguran," katanya.


(KR-RMT/A041)

Pewarta: Arumanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013