Yang paling butuh diberikan bansos itu sebetulnya milenial dan generasi Z (Gen Z), tetapi bukan dalam bentuk uang, dalam bentuk peningkatan skill...
Jakarta (ANTARA) - Dosen Sosiologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saifuddin Asrori, mengemukakan bantuan sosial (bansos) berupa peningkatan kapasitas atau kemampuan (skill) lebih penting diberikan kepada masyarakat.
Ia mencontohkan salah satu program pemerintah yakni Prakerja yang berhasil meningkatkan kemampuan masyarakat, utamanya generasi muda, sehingga dapat meningkatkan nilai bansos menjadi lebih berkelanjutan.
Baca juga: Airlangga: Peserta Program Kartu Prakerja capai 13,4 juta orang
"Program Prakerja misalnya, menurut saya itu sangat solutif, apalagi kalau anak-anak sampai dapat sertifikat. Anak-anak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ikut Prakerja, mendapatkan sertifikat, berarti kan terbukti punya kemampuan di bidangnya," ucap Saifuddin.
Ia menegaskan apabila masyarakat memiliki sertifikat keahlian, maka akan dihargai lebih mahal.
Menurutnya, pemberian bansos mesti mempertimbangkan parameter dan kelompok mana yang akan dituju. Apabila sudah diketahui, maka akan lebih berdampak.
Baca juga: Integrasi data Kartu Prakerja dan Kemenko PMK pertajam target bansos
"Intinya keberlanjutan, setelah tahu parameter apa yang digunakan, kelompok mana yang dituju, baru dieksekusi bantuan modelnya mau seperti apa," ujar dia.
Ia juga mengutarakan politisasi bansos yang saat ini sedang marak terjadi menjelang Pemilihan umum (Pemilu) 2024 akan hilang dengan sendirinya, yang paling utama pemerintah mesti fokus pada parameter atau sasaran bansos yang diberikan.
Baca juga: Timnas AMIN ingatkan ada tiga pelanggaran soal politisasi bansos
Baca juga: Soal dugaan politisasi beras bansos, Wapres: Itu urusan Bawaslu
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024