Jakarta (ANTARA News) - Sterilisasi emas alluvial (sisa bijih besi) di bekas lokasi tambang PT Kelian Equatorial Mining (KEM) yang merupakan dari bagian program pengakhiran tambang telah dilakukan sekitar 20 persen dari luasan 20 hektar, kata Manager Administrasi dan Hubungan Masyarakat PT KEM, Yudhi Nurcahyana di Melak, Kutai Barat, Kaltim, Kamis. "Sterilisasi itu melibatkan warga sekitar lokasi perusahaan dan dilaksanakan sampai semua pihak yakin tidak ada lagi emas aluvial di areal tersebut dan kira-kira perlu waktu 18 bulan guna menyelesaikan seluruh program sterilisasi ini," katanya kepada wartawan Jakarta yang menyelenggarakan media visit ke perusahaan itu. Menurut dia, lokasi yang telah steril itu nantinya akan dijadikan kolam bilas guna memroses air buangan tambang. Kolam bilas atau lahan basah tersebut dimaksudkan untuk memproses air guna mereduksi kadar logam air tanah di ladang tambang sehingga sebelum air dari kolam bilas tersebut disalurkan ke Sungai Kelian dapat memenuhi ketentuan baku mutu, yang tidak mencemarkan lingkungan. Kolam bilas tersebut diharapkan selesai dan dapat berfungsi pada tahun 2008, katanya. Yudhi mengatakan, pembangunan kolam bilas atau lahan basah itu merupakan salah satu rekomendasi Komite Pengarah Pengakhiran Tambang (KPPT) yang beranggota perwakilan PT.KEM, pemerintah, masyarakat dan LSM. Komite tersebut diketuai secara bersama oleh Presiden Direktur PT KEM dan Bupati Kutai Barat. Sementara itu, Pemimpin Proyek Pengolahan Eluvial, Juk Hang mengatakan pengolahan emas aluvial dalam program sterilisasi menggunakan teknologi yang berbeda dibanding saat PT.KEM memproduksi emas primer. "Pengolahan eluvial ini sama sekali tidak menggunakan bahan kimia dan tekniknya secara tradisional dengan melakukan pengayakan yang menggunakan mesin," katanya. Ia mengatakan, ekstraksi atau pemisahan emas eluvial dilakukan menggunakan ayakan putar dengan mesin yang didatangkan dari Alaska. "Investasi untuk mesin tersebut sekitar 1 juta dolar AS," katanya. Biaya operasional masa sterilisasi dengan pengolahan eluvial tersebut semuannya masih dibiayai oleh PT KEM, katanya dan menambahkan, hasilnya nantinya setelah dipotong biaya operasional sebanyak 30 persen akan dibagikan kepada masyarakat. Menurut dia, kosentrat yang dihasilkan dilebur dan dimurnikan di Logam Mulia di Jakarta. "Hingga saat ini, material aluvial yang dipindahkan mencapai sekitar 75.000 meter kubik. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.500 meter kubik telah diolah, dengan hasil emas seberat 19-20 Kg," katanya. PT KEM melakukan operasi penambangan emas primer sejak tahun 1992 dan mengakhiri produksi komersianya sekitar Februari 2005.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006