Pada Senin sore rupiah ditransaksikan pada 11.350 per dolar AS, terperosok 430 poin dari posisi sebelumnya 10.920 per dolar AS.
"Isu tapering atau pengurangan stimulus keuangan AS kembali mengemuka setelah angka pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sepanjang kuartal II dinilai positif oleh pasar," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengemukakan produk domestik bruto (PDB) AS naik di luar perkiraan menjadi 2,5 persen. Selain itu, data manufaktur AS dan indeks sentimen konsumen direvisi naik.
Dari dalam negeri, lanjut dia, serangkaian data ekonomi Indonesia yang dirilis Senin ini dinilai negatif oleh pasar sehingga rupiah kembali melemah terhadap dolar AS.
Ia mengemukakan, defisit neraca perdagangan Indonesia melebar untuk bulan Juli 2013. Meski ekspor membaik dengan mencatatkan kenaikan tahunan 2,37 persen namun impor melonjak.
"Memburuknya defisit neraca perdagangan, dan berkontraksinya sektor manufaktur tentu menegaskan tantangan yang tengah dihadapi oleh perekonomian Indonesia," kata dia.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 10.922 per dolar AS, lebih baik dibanding posisi sebelumnya 10.924 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013