Jakarta (ANTARA) - Sebelum tahun 2000, Dusun Tangsi Jaya yang berlokasi di Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, tidak memiliki akses terhadap listrik, di mana sehari-hari warganya menggunakan lampu minyak untuk menerangi rumah.
Jumlah penduduk yang minim, hingga hambatan akses dan jarak, menjadi alasan jaringan listrik saat itu tidak bisa menjangkau dusun yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani tersebut.
Kondisi itu membuat warga Dusun Tangsi Jaya berinisiatif membuat kincir air yang digunakan untuk memproduksi listrik. Dengan memanfaatkan arus Sungai Ciputri, beberapa kincir air yang dipasang berhasil menerangi rumah-rumah warga dengan aliran listrik yang memiliki tegangan 110 volt.
Pemanfaatan mikrohidro
Potensi aliran Sungai Ciputri yang dinilai mampu dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik membuat Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) pada tahun 2007.
PLTMH adalah salah satu pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan, berupa aliran air, baik dari irigasi, air terjun, maupun sungai. Pada dasarnya, PLTMH memanfaatkan debit air dari jatuhan air (head) untuk menggerakkan turbin. Semakin tinggi jatuhan air, maka semakin besar listrik yang dapat dihasilkan.
Dengan memanfaatkan debit air sungai sebesar 400 liter/detik dan head setinggi 8 meter, PLTMH di Dusun Tangsi Jaya dapat menghasilkan energi listrik mencapai 18 kilowatt yang dinikmati oleh 80 rumah, hanya dengan membayar iuran Rp25 ribu per bulan. Sementara fasilitas umum, seperti sekolah dan masjid, serta rumah warga lansia tidak dipungut iuran listrik.
Pengelolaan PLTMH diserahkan kepada warga setempat yang tergabung dalam satu koperasi. Awalnya berstatus lembaga pengelola, koperasi resmi dibentuk pada 2008. Setelah Dusun Tangsi Jaya memiliki PLTMH, jaringan listrik milik PLN masuk ke dusun itu. Kendati demikian, mayoritas warga memilih tetap menggunakan aliran listrik dari PLTMH.
Sekretaris Koperasi Rimba Lestari Toto Sutanto saat berbincang dengan ANTARA mengatakan sebanyak 80 dari hampir 100 rumah yang berada di Dusun Tangsi Jaya lebih memilih menggunakan listrik PLTMH karena lebih murah dan stabil. Sementara sisanya menggunakan listrik dari PLN maupun memakai keduanya.
Dari sisi harga, listrik dari PLTMH lebih murah, yakni hanya Rp25 ribu per bulan, dibandingkan iuran listrik PLN yang mencapai Rp50 ribu per bulan.
Selain memberikan manfaat bagi masyarakat, keberadaan PLTMH juga menjadi berkah bagi kelestarian alam di Dusun Tangsi Jaya. Dusun yang dikelilingi perbukitan itu, masih memiliki hutan yang lebat dan alami. Jejeran bukit yang gagah berdiri ditambah hutan yang masih asri menjadi nilai keindahan tersendiri bagi dusun itu.
Operasional PLTMH yang membutuhkan aliran air yang stabil membuat warga sekitar enggan untuk merusak hutan di sekitar dusun, karena jika hutan dibabat habis, maka akan berpengaruh terhadap aliran sungai yang menjadi sumber tenaga dari PLTMH.
Kelestarian hutan di Dusun Tangsi Jaya yang terjaga berperan dalam menjaga aliran air Sungai Ciputri untuk tenaga PLTMH. Terbukti, pembangkit listrik ramah lingkungan tersebut tetap mampu memasok listrik bagi warga, bahkan pada musim kemarau sekalipun.
Aliran Sungai Ciputri yang cukup untuk memberikan pasokan listrik secara andal membuat Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membangun PLTMH kedua di Dusun Tangsi Jaya.
Dijadwalkan dibangun pada Februari 2024, unit PLTMH baru itu memiliki head setinggi 12 meter dan dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 30 kilowatt.
Dengan penambahan kapasitas yang cukup signifikan, pasokan listrik dari unit PLTMH baru rencananya akan dialokasikan sepenuhnya untuk kebutuhan listrik warga. Sementara PLTMH yang sudah ada akan dialihkan fungsinya untuk memasok tenaga bagi industri pengolahan kopi yang dijalankan oleh koperasi yang dikelola oleh warga setempat.
Kesuksesan Tangsi Jaya dalam mencapai swasembada energi memanfaatkan sumber energi dari mikrohidro membuat dusun tersebut menjadi percontohan dalam pengembangan PLTMH.
Pemanfaatan PLTMH di Dusun Tangsi Jaya berhasil menarik para pelajar dan peneliti dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan, tim peneliti dari Madagaskar pernah menyambangi Dusun Tangsi Jaya pada Oktober 2023 untuk mempelajari PLTMH.
Industri kopi
Di Dusun Tangsi Jaya terdapat pusat pengolahan kopi yang memanfaatkan listrik dari PLTMH. Kopi arabika dan robusta merupakan jenis kopi yang diproduksi di Dusun Tangsi Jaya, selain padi.
Ketua koperasi Opan Sopandi menjelaskan inisiasi pengembangan industri pengolahan kopi di dusun itu bermula dari kegiatan pengabdian pascasarjana Universitas Darma Persada pada 2009.
Melihat potensi energi mikrohidro dan produksi kopi di wilayah tersebut, peguruan tinggi di Jakarta itu mendorong pemanfaatan listrik dari PLTMH juga digunakan untuk menjalankan industri pengolahan kopi.
Kebetulan di daerah itu banyak pohon kopi, sehingga bagaimana PLTMH ini tidak hanya untuk penerangan, tapi juga bisa menunjang pergerakan ekonomi atau dimanfaatkan untuk usaha produktif.
Pada 2017 Dusun Tangsi Jaya resmi memiliki industri pengolahan kopi yang dikelola oleh koperasi. Dana pembangunan pusat pengolahan kopi berasal dari bantuan hibah salah satu perusahaan asal Jepang.
Beban puncak dari pusat pengolahan kopi mencapai 12 kilowatt, ketika semua alat pengolahan beroperasi. Akan tetapi, umumnya saat proses pengolahan sehari-hari, listrik yang digunakan hanya sebesar 1,5 kilowatt.
Di Dusun Tangsi Jaya memiliki 89 petani kopi yang juga tergabung dalam koperasi. Tanaman kopi yang ditanam di lahan dengan total luas 50 hektare itu dipanen pada Maret hingga April.
Dalam satu tahun, jumlah biji kopi yang dipanen mencapai 40 ton yang kemudian diolah menjadi bubuk kopi. Selain dari lahan Dusun Tangsi Jaya, koperasi juga menerima pasokan buah kopi dari dusun sekitarnya.
Produk bubuk kopi dari koperasi itu umumnya dipasarkan ke Jabodetabek dan Jawa Barat. Dalam satu tahun, koperasi dapat meraup omzet hingga Rp400 juta dari hasil penjualan bubuk kopi.
Potensi Jawa Barat
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Barat Ai Saadiyah Dwidaningsih menyebutkan bauran energi terbarukan di Jabar pada 2021 telah mencapai 23,41 persen atau melampaui target yang ditentukan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sebesar 20 persen pada 2025, sedangkan bauran EBT Jabar pada tahun 2023 mencapai 25,81 persen.
Jawa Barat memiliki potensi energi terbarukan yang terdiri dari energi surya, biomassa, panas bumi, air, dan angin, dengan total mencapai 192 gigawatt.
Meskipun pencapaian secara bauran energi terbarukan dinilai tinggi pada 2023, namun secara kapasitas baru sekitar 2 persen potensi yang baru termanfaatkan atau sebesar 3,41 gigawatt.
Selain komitmen yang kuat dalam mewujudkan transisi energi, kolaborasi antarpihak juga diperlukan sebagai langkah konkret guna mendorong bauran energi terbarukan, seperti yang dilakukan di Dusun Tangsi Jaya.
Keberadaan PLTMH sebagai wujud swasembada energi masyarakat Dusun Tangsi Jaya menjadi cerminan pemanfaatan potensi energi terbarukan dengan baik yang didukung oleh sinergi dari berbagai pihak, terlebih dukungan dari pemerintah sebagai representasi hadirnya negara.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024