“Mata bisa menjadi suatu refleksi apa yang terjadi di tubuh kita, termasuk penyakit yang autoimunitasnya bersifat sistemik atau seluruh tubuh, contohnya lupus,” kata Rina yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, dalam gelar wicara daring yang diikuti di Jakarta, Jumat.
Autoimun atau autoimunitas adalah suatu penyakit dengan sel imunitas yang menyerang tubuh sendiri dan dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk mata.
Baca juga: Kemenkes: Kesehatan mata berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat
Rina mengatakan ada dua kondisi peradangan mata yang paling sering dialami pasien dan berhubungan dengan penyakit autoimun, seperti sindrom sjorgen dan uveitis (peradangan pada uvea atau lapisan tengah mata). Sindrom sjorgen, Rina menjelaskan, lebih banyak mengenai kelenjar air mata, gejalanya meliputi mata kering, terasa mengganjal, sering gatal, mudah mengantuk karena mata lelah, dan mata merah.
Sementara uveitis antara lain ditandai dengan mata merah, melihat hitam-hitam melayang, atau saat terkena cahaya membuat mata menjadi silau dan sakit.
Rina menjelaskan tidak semua peradangan mata disebabkan oleh penyakit autoimun, bisa saja berupa gangguan kesehatan mata ringan.
“Contohnya, konjungtivitis atau peradangan pada selaput mata. Gejalanya memang mata merah, tetapi, biasanya disertai belekan (kotoran mata), tertular dari orang di sekitarnya, dan tidak buram. Jika itu terjadi, baiknya perawatan di rumah saja, kompres dingin atau tetes mata,” kata Rina.
Jika kondisi mata merah tidak disertai dengan penglihatan yang buram dan membaik dalam dua-tiga hari setelah mendapat perawatan di rumah, bisa jadi kondisi itu tidak terkait dengan penyakit autoimun.
Kondisi mata yang mengalami peradangan karena penyakit autoimun akan terjadi pada kedua mata dengan interval waktu dan derajat keparahan yang berbeda. Misalnya, mata kanan mengalami peradangan terlebih dulu, kemudian disusul mata kiri yang mengalami peradangan.
Baca juga: Masyarakat perlu jaga kesehatan mata di tempat kerja
Oleh sebab itu, Rina menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter saat mengalami peradangan pada salah satu bagian mata sebelum mengenai keduanya. Pemeriksaan diperlukan untuk mencegah peradangan yang semakin parah dan risiko gangguan kesehatan lainnya.
“Pengobatan yang cepat dan tepat bisa mencegah (keparahan radang) lebih lanjut. Apalagi baru kena satu mata, harus diberikan pengobatan yang cepat supaya mata sebelahnya tidak sampai terkena (radang),” kata Rina.
Ada sejumlah pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien radang mata terindikasi penyakit autoimun, misalnya pasien dengan sindrom sjorgen akan diberikan obat khusus dari dokter spesialis penyakit dalam.
Meskipun sebagian besar penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, dokter akan berusaha menekan peradangan agar tidak memperparah kondisi pasien dan memberikan obat sesuai kebutuhan.
Baca juga: Penyakit autoimun tak mungkin dicegah tapi ada cara kurangi risiko
Baca juga: Lima dasar hidup sehat untuk orang dengan autoimun
Baca juga: Wanita dengan autoimun lebih rentan alami depresi selama kehamilan
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024