"Lebanon akan sangat terpengaruh oleh setiap peristiwa yang sedang berlangsung di Suriah sehingga prioritas kami mesti berupa penguatan kebijakan pemisahan diri kami --tidak terlibat dalam krisis Suriah dan bersatu melindungi negeri kami dari setiap dampak serangan yang diduga dilancarkan," kata Akram Chehayeb, anggota Parlemen Lebanon.
Lebanon terpecah menjadi dua kubu terkait dengan krisis Suriah: aliansi 8 Maret pimpinan gerilyawan Hizbullah dan mendukung pemerintah Suriah, dan kubu oposisi 14 Mare pimpinan gerakan Masa Depan yang menentang kekuasan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sejak keterlibatan Hizbullah dalam krisis Suriah, perpecahan politik di Lebanon menajam, terlebih setelah terulangnya pemboman di Lebanon yang menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai lebih dari 894 orang dalam waktu kurang dari dua bulan yang telah membuat rakyat cemas.
Bisa dipastikan jika AS menyerang Suriah, situasi di Lebanon akan bertambah rumit, lapor Xinhua.
Meskipun Hizbullah menyatakan pelaku pemboman di Ar Roueiss dan Tripoli sama, seorang mantan pejabat keamanan mengatakan bahwa siapa pun pelakunya jelas berkaitan langsung dengan krisis Suriah.
Mengenai reaksi Hizbullah atas serangan terhadap Suriah, Kassem Kassir --pengulas politik Lebanon dan penulis yang memiliki hubungan erat dengan Hizbullah-- mengatakan, "Akan ada perbedaan apakah serangan itu terbatas atau tidak."
"Jika itu memang serangan terbatas, tak akan terjadi apa-apa. Tapi jika itu serangan besar dengan dampak pada medan tempur di Suriah, maka Hizbullah akan bereaksi berdasarkan situasi di lapangan," katanya.
penerjemah Chaidar Abdullah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013