Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) terus mempersenjatai empat pesawat Sukhoi sebagai salah satu alat utama sistem senjata yang telah melengkapi TNI sejak dua tahun lalu. "Terus kita persenjatai secara bertahap, sesuai anggaran yang tersedia," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AU Kolonel (Pnb) Daryatmo kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis. Sukhoi yang dioperasikan TNI AU sejak dua tahun lalu merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan angkatan udara Rusia pun belum mengoperasikan jenis ini. Pesawat tempur yang dijuluki Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F. Kelebihan pesawat tempur jenis ini juga terlihat dari kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit, yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini. Menengok persenjataan yang mampu diusung, juga tak kalah hebat semisal rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat. Seluruh persenjataan itu merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat. "Kita akan terus persenjatai sesuai kebutuhan kita dan anggaran tentunya, jadi memang belum seluruhnya dapat dilengkapi tapi terus kita lakukan secara bertahap," ujar Daryatmo menegaskan. Beberapa senjata yang kini mulai ditempelkan di tubuh keempat Sukhoi milik TNI AU antara lain rudal Cannon dan akhir 2006 akan segera dilengkapi dengan roket dan misil. Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 km atau rudal antikapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 km, bandingkan dengan Maverick yang hanya mencapai 15 km. Dengan bahan bakar yang mampu dibawa seberat 6.000 kg pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 kilometer dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam. Untuk meningkatkan kesiapan, TNI AU telah beberapa kali menjalani test flight secara periodik, terakhir pada Rabu (2/8) di sekitar Pangkalan Udara TNI AU Makassar, untuk menguji berbagai perlengkapan dan peralatan yang menjadi karakteristik Sukhoi milik TNI AU. Saat uji terbang itu, pesawat yang terbang dengan ketinggian sekitar 25.000 feet itu, sempat mengeluarkan sonic bom, hingga menimbulkan dugaan adanya kecelakaan oleh masyarakat di sekitar area latihan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006