Riau juga memiliki potensi air tawar yang besar tapi minim pemanfaatan....

Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menjajaki kerja sama dengan Universitas Riau (Unri) dalam bidang pengembangan sektor perikanan dengan cara pengelolaan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.

"Kerja sama tersebut dimaksudkan membantu penyelesaian permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan perikanan budi daya serta perikanan tangkap di Provinsi Riau, sehingga pengolahan perikanan serta pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan berkelanjutan bisa memberikan manfaat," kata Gubernur Riau Edy Natar Nasution, di Gedung Balai Serindit, Pekanbaru, Kamis.

Gubernur Edy Natar Nasution mengatakan kerja sama tersebut semoga bisa menjadi salah satu upaya mendukung pengelolaan perikanan budi daya di Provinsi Riau (2019-2024) dan Pemprov Riau telah memberikan bantuan penjaminan sarana dan prasarana.

"Bantuan yang diberikan di antaranya benih kakap putih, bantuan keramba jaring apung Hight Density Poly Ethilene (HDPE), dan bantuan benih ikan air tawar. Bantuan spat kerang darah, bantuan ekskavator, bantuan bioflok, sertifikasi SEHATKAN, bantuan coolbox, pemberian asuransi bagi pembudidaya ikan kecil, serta bantuan keranjang panen," kata Gubernur Edy Natar.

Selain itu, Pemprov Riau juga membina sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan budidaya bagi pelaku perikanan budi daya di Provinsi Riau, yakni cara budi daya ikan yang baik serta meningkatkan wawasan manajemen hama penyakit ikan dan lingkungan, pengambilan uji sampel hama dan penyakit ikan, pembinaan dan pengawasan obat ikan serta monitoring pengawasan hama penyakit ikan.

Peluang kerja sama tersebut cukup besar, apalagi Riau memiliki lima kawasan daratan dan tujuh kawasan pesisir dengan luas wilayah 87.023,66 km persegi. Selain itu, potensi budi daya perikanan di Riau seperti budi daya air tawar mencapai 74.686,76 hektare dengan pemanfaatan sebesar 1.409,24 hektare atau 1,89 persen.

Selanjutnya budi daya air payau dengan potensi 35.219,57 hektare dan pemanfaatan 870,34 hektare atau 2,47 persen. Berikutnya budi daya air laut, dengan potensi 169.030,68 hektare dan pemanfaatan 125,94 hektare atau sekitar 0,074 persen.

"Potensi demikian menunjukkan bahwa peluang usaha di bidang budi daya perikanan masih sangat besar. Selain itu, Riau juga memiliki potensi air tawar yang besar tapi minim pemanfaatan. Misalnya pada 2023, pemanfaatan budi daya perikanan air tawar di Kabupaten Pelalawan 25.768,45 hektare, dimanfaatkan hanya sebesar 49,96 hektare," katanya lagi.

Selain itu, di Kabupaten Kuantan Singingi dengan potensi air tawar mencapai 24.857,95 hektare, sementara pemanfaatannya baru 335,35 hektare.

"Karena itu setiap daerah harus bisa memanfaatkan potensi masing-masing dan bisa menonjolkan unggulan, sehingga budi daya perikanan di Riau bisa semakin berkembang," demikian Edy.

Kerja sama tersebut langsung ditandatangani Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Rifardi dan Kepala DKP Provinsi Riau Yurnalis, disaksikan Gubernur Riau Edy Natar Nasution.
Baca juga: KKP mengembangkan budi daya komoditas kakap putih di Riau
Baca juga: KKP terima hibah tanah guna kembangkan politeknik kelautan Dumai Riau

Pewarta: Frislidia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024