Putrajaya, Malaysia (ANTARA News) - Organisasi Konferensi Islam (OKI) sedang mempertimbangkan pembentukan satu pasukan penjaga perdamaian Muslim untuk Lebanon selatan dan menuntut agar Israel diperiksa atas "kejahatan perang" terhadap warga sipil. Dalam sidang khusus OKI yang diselenggarakan Malaysia, ketua organisasi itu mengatakan, satu rancangaan komunike yang kini beredar akan berusaha menempatkan "Baret Biru" Muslim itu di bawah pengawasan PBB. Rancangan itu juga menyerukan penyelidikan kemungkinan kejahatan perang Israel dalam serangan bomnya yang kini memasuki minggu keempat terhadap sasaran di Lebanon selatan dan Gaza. Paling tidak 643 orang di Lebanon, sebagian besar adalah warga sipil, dan 56 Israel tewas dalam konflik itu. Selain itu, rancangan pernyataan itu menuntut gencatan senjata segera, dan menambahkan tekanan terhadap Israel dan sekutunya AS untuk menanggapi dan menyetujui mengakhiri perang terlebih dulu dan kemudian menggelarkan pasukan perdamaian. "Kami menginginkan gencatan senjata dan barulah kemudian kami dapat melakukan perundingan tentang yang lainnya," kata Menlu Malaysia Syed Hamid Albar kepada wartawan di luar sidang tertutup OKI seperti dilaporkan Reuters. Delegasi-delegasi yang telah membaca rancangan itu mengatakan unsur-unsur lain yang sedang dibahas termasuk tuntutan agar Israel membayar ganti rugi kepada Lebanon dan Gaza atas prasarana mereka hancur dan pihak Barat untuk membantu membangunan kembali negara itu. OKI, yang beranggotakan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, mendapat tekanan dari dalam negeri masing-masing untuk mengakhiri perang itu. Di antara para pejabat yang hadir adalah presiden Iran dan Indonesia, negara yang paling banyak penduduk Muslimnya, PM Turki dan wakil-wakil dari Suriah, Mesir, Lebanon dan Palestina.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006