Seoul (ANTARA News) - Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban mengharapkan gerakan masyarakat baru Korsel yang dikenal sebagai "Saemaul Undong" bisa menjadi salah satu acuan dalam kerangka pemebangunan hutan nasional. "Kita ingin semangat yang terkandung dalam falsafah gerakan ini bisa diimplementasikan di Indonesia. Harusnya, penilaian berhasil atau tidaknya seorang kepala daerah dalam pembangunan daerahnya mengacu pada keberhasilan melakukan penanaman karena hutan yang bagus akan memberi penghidupan yang semakin baik pada masyarakat," kata Menhut MS Kaban, usai bertemu Presiden "Saemaul Undong", Lee Soo-sung di Seoul, Kamis. Semangat dan konsistensi mereka melaksanakan gerakan ini yang harus ditiru untuk bisa membawa masyarakat Indonesia pada keadaan yang lebih baik lagi, katanya."Perlu ada pembelajaran mengenai semangat untuk membangun karena penghijauan di Korsel berhasil dengan baik, sedangkan berbagai program penghijauan di Indonesia banyak mengalami kekurangan." "Saemaul Undong" merupakan gerakan nasional di Korsel yang awalnya merupakan inisiatif politik dari Presiden Korsel Park Chunghee untuk membangun sistem pertanian pedesaan yang mandiri karena 70 persen petani di negara ini tidak memiliki harapan untuk berkembang. Dengan sedikit bantuan 330 sak semen dan 2 ton baja dari pemerintah, masyarakat pedesaan di Korsel dipacu untuk melakukan gotong royong membangun infrastruktur di wilayahnya. Mereka akan memperoleh tambahan bahan bangunan untuk membangun desanya jika dinilai pemerintah berhasil. Melalui gerakan ini, rakyat Korsel akhirnya mampu membangun negaranya di segala bidang. Padahal, Produk Domestik Bruto per kapita yang 40 tahun lalu hanya sekitar 50 dolar AS dan banyak yang tergantung pada hasil hutan, seperti kayu untuk bahan bakar dan buah-buahan. Pada tahun 2005 diperkirakan sudah mencapai 20.400 dolar. Sementara itu, kawasan hutan juga berhasil dibangun, sehingga luasnya mencapai 6,4 juta hektar atau 64 persen dari total luas daratan dengan potensi tegakan mencapai 489 juta meter kubik. Menurut Presiden "Saemaul Undong", Lee Soo-sung, keberhasilan gerakan pembangunan itu tergantung pada bagaimana mengubah pola berpikir masyarakat. Selain itu, keberhasilan gerakan pembangunan juga tergantung pada kesamaan visi dan misi para pemimpinnya yang dilaksanakan secara berkesinambungan. "Dalam Saemaul Undong, keinginan dan inisiatif untuk melaksanakan pembangunan berasal dari masyarakat. Semangat membangun ini yang mendapat dukungan politis dari para pemimpin pemerintah." Dengan meningkatnya lingkungan hidup yang diikuti naiknya pendapatan dan meningkatnya seluruh produksi barang, gerakan ini pada 1979 sudah tersebar secara nasional dan 98 persen desa di Korsel sudah menjAdi desa mandiri. Dalam kunjungannya ke Korsel selama empat hari, Menhut didampingi delegasi Indonesia yang terdiri dari anggota Komisi IV DPR, Ganjar Pranowo (PDI) dan Maruahal Silalahi (Partai Demokrat), Dirjen Bina Produksi Kehutanan (BPK) Hadi Susanto Pasaribu, Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari. Selain itu, Kepala Unit III Perum Perhutani Mohammad Komaruddin, Kepala Pusat Informasi Kehutanan Achmad Fauzi Mas`ud, dan Kpala Divisi Kerjasama Luar negeri Dephut, Achmad Edi Nugroho juga menajdi anggota delegasi Indonesia ke Korsel. (*)

Copyright © ANTARA 2006