Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Negara besar di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa hari rabu berunding gencar membahas kemelut Libanon di tengah pertumbuhan keyakinan bahwa resolusi kemungkinan penyelesaian segera disetujui. "Saya yakin bahwa kami besok di Dewan akan merundingkan naskah, yang tentu membuat kita maju," kata Dutabesar Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Emyr Jones-Parry kepada wartawan. "Kemungkinan persetujuan segera atas resolusi itu semakin besar," tambahnya dikutip AFP. Dutabesar Prancis Jean-Marc de la Sabliere mengatakan, "Kami bekerja baik. Kami semakin dekat, dekat sekali." "Kami mendapati bahwa pembicaraan sebegitu jauh membesarkan hati, kendati masih ada pekerjaan kecil, yang harus dilakukan," kata Dutabesar Amerika Serikat John Bolton kepada wartawan. Prancis dan Amerika Serikat terpecah atas apakah penyelesaian politik harus disetujui antara Israel dan pejuang Hizbullah sebelum pasukan antarbangsa dikirim ke wilayah panas itu. "Ada perbedaan dalam pendekatan atas alasan peredaan ketegangan dan bagaimana membuatnya langgeng, tapi ada persetujuan lengkap tentang kerangka kerja dasar politik, yang harus ditegakkan," kata Bolton. "Kami mencapai kemajuan tentang itu di sini, di New York, dan dalam pertukaran pendangan di antara negara," tambahnya. Perundingan gencar dwipihak antara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa --Amerika Serikat, Cina, Inggris, Prancis, dan Rusia-- dilakukan di New York dan di antara ibukota negara, kata sejumlah pejabat. "Hari ini akan menjadi hari sangat sibuk secara diplomatik. Ada perundingan tingkat menteri pada hari Jumat atau Senin, tapi ada tanda tanya pada saat ini," kata diplomat dari salah satu negara anggota tetap itu, Inggris dan Jerman, yang didukung Belanda hari Selasa menolak rancangan deklarasi Eropa Bersatu, yang mendesak gencatan senjata segera di Timur Tengah, kata sejumlah diplomat. Pada pertemuan menteri luar negeri Eropa Bersatu, Finlandia --yang saat ini menjabat ketua kelompok itu-- mengajukan naskah menuntut gencatan senjata segera untuk mengahiri pertempuran antara Israel dengan Hizbullah, yang berlangsung sejak 12 Juli. "Orang Inggris, Jerman dan Belanda mengajukan keberatan," kata seorang diplomat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006