"Kampanye yang dilakukan perempuan semestinya kampanye yang edukatif dan bermartabat," kata Hurriyah di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan kehadiran perempuan di dalam politik seharusnya memberi arti, bukan hanya mengisi ruang politik dengan memanfaatkan kebijakan afirmasi.
Baca juga: Tingkatkan keterwakilan perempuan, kualitas Pemilu diminta diperbaiki
Namun demikian, ia melihat masih banyak kampanye caleg perempuan yang disertai gimik-gimik politik.
"Hal itu kemudian memunculkan persepsi perempuan kok masuk politik kayak begini, yang menonjolkan keseksian, wajah cantik. Itu jadi problem," kata Hurriyah.
Menurut dia, kampanye yang edukatif artinya jangan hanya mengajak masyarakat untuk memilih, tetapi juga memberikan edukasi agar masyarakat menjadi pemilih yang berdaya.
"Pastikan konstituennya mengetahui informasi tentang pemilu. Hal-hal sederhana, seperti memberi tahu kertas suaranya seperti apa, jenis pemilunya bagaimana, syarat sah surat suaranya bagaimana," kata Hurriyah.
Baca juga: KemenPPPA luncurkan tagar #2024DukungKeterwakilanPerempuandiParlemen
Kemudian, mengajak pemilih untuk mengetahui cara menentukan pilihan.
"Biarkan mereka mengenal caleg perempuan. Jangan kemudian politisi perempuan tidak mau dibuka curriculum vitae atau CV, tidak mau sebarluaskan CV. Bagaimana kita mau dikenal masyarakat bila seperti itu," katanya.
Hurriyah juga mengajak para caleg perempuan untuk mengubah cara pandang mereka terhadap pemilih.
"Mari kita ubah cara pandang bahwa masyarakat itu hanya bermakna sebagai suara. Posisi kita bukan hanya sebagai pemilih, kita punya tanggung jawab yang besar sebagai demos, rakyat, warga negara," katanya.
Baca juga: Persiapkan caleg, KemenPPPA perkuat kepemimpinan perempuan perdesaan
Sebagai rakyat, menurut dia, masyarakat mempunyai tanggung jawab mengawasi kekuasaan yang terbentuk karena hasil penggunaan hak suara.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024