Jakarta (ANTARA News) - Banyak investor ritel asing enggan masuk ke Indonesia untuk membuka gerainya karena menilai pajak keuntungan modal (capital gains tax/CGT) di Indonesia terlalu tinggi sebesar 30 persen. "Banyak sekali investor asing yang menghubungi saya, namun ketika tahu CGT Indonesia sebesar 30 persen, mereka mundur," kata Ketua Jones Lang LaSalle Indonesia (JLLI), Lucy Rumantir di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, seharusnya pemerintah tidak mempersulit para investor asing dengan persentase CGT yang tinggi kalau menginginkan investor asing masuk untuk menggairahkan pasar ritel Indonesia. "Investor asing lebih banyak melirik Singapura karena tidak ada CGT. Jika Indonesia ingin seperti Singapura, seharusnya juga begitu," katanya. Menurutnya, jumlah CGT yang ideal untuk Indonesia sebesar 10 persen. "Saya yakin, dengan CGT sebesar 10 persen, dengan tutup mata, investor akan datang ke Indonesia," katanya. Ia mengatakan, sebaiknya pemerintah menerapkan strategi baru, dengan menerapkan pajak serendah mungkin pada saat investor ingin masuk, baru menaikkan pajak sebesar-besarnya ketika investor telah masuk. Sementara itu Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia (JLLI) Anton Sitorus mengatakan, pembangunan proyek pusat perbelanjaan atau ritel di Jakarta diperkirakan terus terjadi percepatan. Jika sebelum tahun 2000, pasar ritel Jakarta membutuhkan waktu 15 tahun untuk dapat membangun pasok seluas satu juta meter persegi ruang ritel, setelah tahun 2000, pasar hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk menghasilkan jumlah yang sama. "Untuk periode 2006-2008, diperkirakan pasar ritel akan bertambah dalam jumlah yang sama, 1 juta meter persegi," katanya. Penasihat Teknikal Senior Bagian Ritel JLLI, Simon Dickie mengatakan dalam waktu lima tahun terakhir, merek-merek asing ternama seperti Starbuks, Mango, Zara, Debehams, dan FitnessFirst mulai masuk dan membuka gerainya di Jakarta. "Trend seperti itu diproyeksikan akan terus berlanjut seiring strategi investasi peritel asing," kata Simon. Senada dengan Simon, Kepala Wilayah JLLI Spencer Roberts mengatakan sektor ritel di Indonesia akan tumbuh pesat di tahun mendatang. "Saya optimistis karena Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar dari segi populasi penduduk, pertumbuhan masyarakat urban, pembangunan ekonomi jangka panjang serta dominannya pengeluaran belanja rumah tangga dalam perekonomian Indonesia," katanya. Menurutnya, saat ini, rasio perbandingan jumlah penduduk terhadap ruang ritel di Jakarta masih lebih kecil dibanding Bangkok, Singapura dan Hongkong.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006