Kementerian Luar Negeri Sudan baru saja mengkonfirmasi bahwa awak helikopter Mi-8, termasuk dua warga Ukraina, dibebaskan kemarin malam."
Khartoum (ANTARA News) - Gerilyawan di Darfur, Sudan, membebaskan dua orang Ukraina dan seorang warga Sudan yang ditahan sejak awal Agustus setelah helikopter mereka melakukan pendaratan darurat, kata perusahaan penerbangan tempat kerja mereka, Rabu.

Babikir Gasmelkhalig, pemilik perusahaan Dindir Aviation, mengatakan kepada AFP, awak helikopter itu dibebaskan pada Selasa malam.

Namun, ia menambahkan, gerilyawan dari kelompok Tentara Pembebasan Sudan kubu Minni Minnawi masih menahan helikopter mereka.

Gasmelkhalig mengatakan, ketiga orang itu dalam keadaan baik dan berada di sebuah hotel di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan.

Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID) mengatakan sebelumnya, helikopter Mi-8 itu dikontrak oleh misi tersebut untuk mengirim perbekalan dan tidak memiliki tanda PBB ketika melakukan pendaratan darurat pada 3 Agustus di sebelah tenggara Nyala.

Sejumlah pejabat di kelompok gerilya itu belum bisa memberikan komentar dan UNAMID tidak memiliki informasi mengenai pembebasan para awak itu.

"Kementerian Luar Negeri Sudan baru saja mengkonfirmasi bahwa awak helikopter Mi-8, termasuk dua warga Ukraina, dibebaskan kemarin malam," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina kepada wartawan di Kiev.

Ia menambahkan, awak Ukraina itu kini berada di kota Nyala dengan perlindungan pasukan keamanan Sudan.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Sebanyak 1,4 juta orang berada di kamp-kamp pengungsi di Darfur setelah meninggalkan rumah mereka selama konflik di wilayah Sudan barat itu.

Pemerintah Sudan menandatangani sebuah perjanjian perdamaian sponsoran Qatar dengan sebuah aliansi kelompok pemberontak pada 2011, namun kelompok-kelompok besar menolaknya.

Kelompok gerilya Tentara Pembebasan Sudan kubu Minni Minnawi dan kelompok gerilya utama Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menolak perjanjian itu, yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJM), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur.

JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur.

Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.

Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu.

Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013