Implementasi program Cianjur Project diwujudkan dengan membentuk Ekosistem Ketahanan Pangan Terintegrasi (Pangsi)...
Cianjur (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Jawa Barat mencanangkan “Cianjur Project” sebagai upaya inovatif dalam memperkuat ketahanan pangan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi.
Kepala BI Jawa Barat, Erwin Gunawan Hutapea di Cianjur, Senin, mengatakan upaya inovatif dilakukan di Cianjur yang masuk dalam salah satu wilayah produsen padi terbesar di Jabar, sebagai sektor penopang perekonomian.
"Namun aktivitas pertaniannya masih menggunakan mesin atau teknologi konvensional sehingga potensi panen belum terealisasi secara optimal," katanya.
Baca juga: PLN tingkatkan ketahanan pangan Bali melalui electrifying agriculture
Karena itu dalam rangka menjawab tantangan potensi tekanan inflasi pangan 2024, BI Jabar bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Cianjur menggelar High Level Meeting (HLM).
HLM TPID–TP2DD menginisiasi program bertajuk “Cianjur Project” sebagai upaya sinergi sekaligus mendukung pengendalian inflasi dan mendukung perekonomian melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah terutama pondok pesantren serta perluasan digitalisasi di Cianjur.
"Implementasi program Cianjur Project diwujudkan dengan membentuk Ekosistem Ketahanan Pangan Terintegrasi (Pangsi) sebagai kelanjutan success story dari pengembangan ekosistem yang sama di wilayah Sukabumi pada tahun 2023," katanya.
Untuk mengoptimalkan potensi Cianjur sebagai produsen beras sekaligus salah satu lumbung beras Jabar, Ekosistem Pangsi–Cianjur Project fokus pada budidaya, penggilingan, dan pemasaran komoditas beras dengan melibatkan peran strategis pondok pesantren sebagai unit usaha syariah yang potensial.
Ekosistem Pangsi-Cianjur Project memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan revitalisasi penggilingan padi dengan harga kompetitif melalui implementasi ekosistem terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Ini dilakukan melalui implementasi digital smart farming dan pertanian presisi untuk meningkatkan produktivitas pertanian, selaras dengan penelitian yang dilakukan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor dan menciptakan regenerasi petani dengan dorongan motivasi melalui sifat ekosistem yang inklusif," katanya.
Baca juga: Pemprov Kalsel menargetkan satu juta ton hasil panen padi 2024
Selain ekosistem Pangsi, untuk mendukung percepatan dan perluasan digitalisasi sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi, Cianjur Project juga diwujudkan melalui perluasan Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD).
Hal tersebut tambah dia, sebagai upaya meningkatkan digitalisasi Pemkab Cianjur yang masih memiliki ruang untuk terus ditingkatkan. Indeks ETPD Cianjur semester I-2023 tercatat sebesar 92,25 persen menurun dari semester II-2022 96,75 persen.
"Penurunan terjadi pada aspek realisasi transaksi non-tunai dari 67,5 persen pada semester II-2022 menjadi 22,5 persen pada semester I-2023," katanya.
Dia menambahkan, implementasi elektronifikasi transaksi pemerintah daerah di lingkungan Pemkab Cianjur diperkuat dengan penggunaan Kartu Kredit Pemerintah Daerah atau Kartu Kredit Indonesia (KKI).
Hal tersebut untuk mendukung efisiensi dan transparansi dalam realisasi serta pertanggungjawaban penggunaan anggaran pemerintah pusat dan daerah, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri.
"Ke depan digitalisasi non tunai juga dapat mencakup seluruh sistem pembayaran non tunai baik transaksi masyarakat, maupun layanan pemerintah daerah melalui ETPD," katanya.
Baca juga: Pemprov Sumut sediakan benih gratis buat 33 ribu hektare sawah
Pada kesempatan itu, bertempat di Pendopo Kabupaten Cianjur, Kepala BI Jabar secara resmi melakukan penandatanganan naskah Komitmen Ekosistem Ketahanan Pangan dan Pertumbuhan Ekonomi Jabar dengan Bupati Cianjur, Kelompok Tani Tipar Jaya, dan pimpinan 5 Pondok Pesantren di Cianjur.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024