Ditulis laman Medical Daily, Jumat (19/1), efek kesehatan yang ditimbulkan termasuk gangguan tidur, depresi, bunuh diri, ADHD (Attention-deficit/hyperactivity disorder), dan kecemasan.
Baca juga: Ancaman gagal ginjal dibalik minuman berenergi
Tim peneliti mengamati bahwa ada hubungan positif yang kuat antara konsumsi minuman energi dan merokok, penggunaan alkohol, pesta minuman keras, penggunaan narkoba lainnya, dan niat untuk memulai perilaku tersebut.
Konsumsi minuman energi juga dikaitkan dengan pencarian sensasi, perilaku nakal, durasi tidur pendek, kualitas tidur buruk, dan prestasi akademik rendah.
"Efek kesehatan tambahan yang dicatat dalam tinjauan terbaru ini termasuk peningkatan risiko bunuh diri, tekanan psikologis, gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, perilaku depresi dan panik, penyakit alergi, resistensi insulin, karies gigi, dan keausan gigi yang erosif,” tulis para peneliti dalam ulasan tersebut.
Baca juga: Industri minuman berenergi hadapi stigma salah
Selain itu, penelitian menunjukkan beberapa potensi dampak negatif minuman ini terhadap kesehatan, termasuk masalah kardiovaskular, neurologis, metabolisme, dan gastrointestinal.
Minuman berenergi ini biasanya tinggi kafein dan gula serta mengandung stimulan lain seperti taurin, ginseng, dan guarana. Kandungan kafeinnya berkisar antara 50 mg dan 505 mg per porsi.
American Academy of Pediatricians menyarankan untuk tidak menggunakan minuman berenergi dan segala bentuk kafein pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Mereka juga menyarankan untuk membatasi asupan kafein hingga 100 mg setiap hari bagi mereka yang berusia 12-18 tahun.
Baca juga: Minuman berenergi picu hipertensi dan gangguan jantung
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024