Diperkirakan bahan baku impor meningkat sekitar 30--40 persen...
Jakarta (ANTARA News) - PT Intiland Development Tbk (DILD) menagatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menaikan harga properti.
"Nilai tukar rupiah yang tertekan akan membuat harga properti naik, dikarenakan salah satu bahan baku biaya produksi properti seperti `mechanical electrical` yang masih impor. Diperkirakan bahan baku impor meningkat sekitar 30--40 persen, sehingga hal itu akan menambah beban biaya produksi," ujar Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi, Archied Notopradono di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan saat ini perseroan sedang menghitung dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah dan antisipasi ke depanya.
"Kondisi ekonomi yang kurang stabil tentu akan berdampak pada semua sektor industri termasuk properti, kita lagi berhitung, beban biaya kita pasti naik. Efeknya, marjin kita tentu akan tergerus," kata dia.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pihaknya memastikan tetap melanjutkan proyek yang sedang berjalan seiring dengan respon masyarakat terhadap properti masih cukup kuat, terutama dari kalangan masyarakat menengah, dan ke atas.
"Belanja modal (capex) perseroan pada semester I sudah terealisasi sebesar Rp750 miliar, untuk tahun ini `capex` dianggarkan Rp1,4 triliun. Sehingga ke depan perseroan masih dapat terus menambah proyek," kata dia.
Terkait pelemahan saham perseroan yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Archied mengatakan bahwa fluktuasi yang terjadi diserahkan sepenuhnya kepada investor.
"Pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI bukan hanya dipicu dari tertekannya salah satu saham saja. Saat ini, perseroan hanya berusaha untuk terus meningkatkan kinerja, kita bisa sampaikan bahwa kinerja Intilan Development cukup positif," kata dia.
Archied mengaku pihaknya belum merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham (buy back) untuk menaikan harga saham DILD.
"Terkait aturan baru dari OJK yang memperbolehken emiten melakukan `buy back` tanpa RUPS, perseroan belum berniat untuk mengambil langkah itu, saat ini juga masih dianalisa untung ruginya," ujar dia.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013