Saya memilih nyawa, saya memilih untuk melindungi seseorang, politisi yang teraniaya, seperti halnya Presiden Dilma Roussef yang sempat dianiaya."
Brasilia (ANTARA News) - Seorang diplomat Brazil pada Senin mengakui bahwa dirinya telah menolong senator oposisi Bolivia untuk kabur ke Brazil setelah mendapat perlindungan suaka selama 15 bulan dari Kedutaan Brazil di La Paz.
Senator Roger Pinto, seteru politik Presiden Bolivia Evo Morales, berhasil keluar dari kantor kedutaan pada Jumat dengan menggunakan mobil kedutaan yang dikawal marinir Brazil, kemudian berhasil menyeberang ke Corumba setelah menempuh 1.600 kilometer perjalanan darat selama 22 jam, lapor AFP.
"Saya memilih nyawa, saya memilih untuk melindungi seseorang, politisi yang teraniaya, seperti halnya Presiden Dilma Roussef yang sempat dianiaya," kata diplomat bernama Eduardo Saboia kepada televisi Globo di La Paz, terkait pemanggilannya ke Brasilia untuk konsultasi.
Saboia mengatakan tindakannya murni merupakan keputusan pribadi karena ada ancaman atas nyawa dan martabat senator Bolivia itu.
Dia mengatakan Pinto menderita depresi dan sempat mengaku akan bunuh diri.
Sementara itu di La Paz, Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca menyampaikan "keprihatinan mendalam atas pelanggaran prinsip timbal balik dan kesopanan internasional" itu.
Pinto yang terbang dari Corumba ke Brasilia pada Minggu, tidak mendapat izin masuk resmi ke Brazil walaupun telah mendapat suaka politik sejak setahun lalu.
Kementerian Luar Negeri Brazil pada Minggu mengatakan pihaknya tengah menyelidiki bagaimana Pinto berhasil meninggalkan kedutaan itu dan akan menindak hal tersebut.
Menteri Dalam Negeri Bolivia, Carlos Romero, mengatakan praktis tidak ada yang bisa dilakukan pihaknya untuk menghentikan Pinto jika dia dibawa kabur keluar negeri dengan kendaraan diplomatik.
"Kendaraan diplomatik tidak dapat digeledah dan diperiksa, itu merupakan yurisdiksi kedaulatan negara yang bersangkutan atau dalam kasus ini adalah wewenang Brazil," kata Romero.
Saboia mengatakan senator yang membelot itu menghabiskan 452 harinya di sebuah kubikel dekat ruangan kantornya.
"Tentunya hal itu melanggar hak asasi manusia karena tidak ada prospek pelarian atau negosiasi, sementara Pinto terus mengalami depresi yang semakin memburuk," kata diplomat itu.
"Kami harus memanggil dokter dan Pinto mulai mengungkapkan rencananya untuk bunuh diri," katanya.
Pinto berstatus buronan di Bolivia setelah mendapat tuduhan kriminal atas kasus korupsi, yang memaksanya dipenjara selama satu tahun.
Dia kemudian meminta perlindungan kepada Kedutaan Brazil tahun lalu, dengan mengklaim dirinya adalah korban pengadilan politik karena dia menyangkal pernah melakukan korupsi dan menuduh ada hubungan antara pemerintah dan kartel narkoba.
Kasusnya sempat meregangkan hubungan La Paz dan Brasilia. Morales pada tahun lalu mengatakan bahwa keputusan Brazil memberikan suaka kepada Pinto adalah tindakan yang salah.
Pada Minggu malam, Menteri Komunikasi Bolivia, Amanda Davila, secara resmi meminta Brazil untuk memberikan informasi atas insiden itu meskipun dia menjelaskan hal itu tidak akan memengaruhi hubungan kedua negara.
Penerjemah: Panji Pratama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013