Bogor (ANTARA News) - Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga tenaga pengajar di Universitas Paramadina, Bima Arya, menyatakan bahwa tes keperawanan tidaklah pantas dilakukan meski untuk persyaratan penerimaan siswa baru sekalipun.

"Untuk apa tes keperawanan itu, tes keperawanan tidak pantas dilakukan," katanya saat ditemui disela-sela kegiatannya mengajar di sejumlah lembaga pendidikan dalam rangka memecahkan rekor MURI, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.

Bima yang juga calon wali kota peserta Pemilukada Kota Bogor 2013 ini menyebutkan, dirinya kurang memahami landasan apa yang digunakan dalam melakukan tes keperawanan sebagai salah satu persyaratan masuk sekolah.

"Bagaimana melakukan tesnya, ini sesuatu yang tidak bisa dipahami apa landasannya," katanya.

Menurut Bima, mencegah terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja hendaknya melalui pencegahan dari awal dengan pendidikan karakter.

"Harusnya kita lebih fokus pada pencegahan, lewat pendidikan karakter," katanya.

Bima menambahkan, dikhawatirkan ujung dari penerapan tes keperawanan oleh Pemerintah Prabumuli, Sumantera Selatan tersebut akan menimbulkan hal baru yang akan menjadi permasalahan baru.

Diperlukan pendidikan karakter dalam mendidik generasi muda saat ini, guna menciptakan generasi muda yang tangguh dan berdaya saing tinggi.

Pendidikan di Indonesia, kata Bima, telah maju sama dengan negara lainnya, hanya saja pendidikan membangun karakter masih terlalu rendah. Hal inilah yang memincu terjadinya tindakan korupsi dan melawan hukum.

Menurut Bima, pemuda yang berkarakter akan memiliki batasan diri dan mampu mengontrol dirinya dalam bertindak dan bertingkah laku.

"Mari kita dorong pendidikan pembangunan karakter, dengan generasi muda berkarakter maka generasi muda Indonesia akan menjadi generasi yang tangguh dan mencintai negerinya lebih dari kecintaannya pada dirinya, dengan demikian rasa ingin merusak atau merugikan negara akan hilang dengan sendirinya," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013