Penciptaan ekonomi baru diperlukan lantaran mesin ekonomi lama dinilai tidak mampu membuat Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
Jakarta (ANTARA) - Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD menekankan transisi energi sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi baru, untuk membangun ekonomi dan mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 7 persen.
"Transisi energi di mata kami itu harus diletakkan dalam konteks menciptakan atau menggunakan transisi energi sebagai satu instrumen untuk menghasilkan new economy engine. Artinya transisi ekonomi adalah bagian dari upaya kita untuk membangun ekonomi kita," kata Sekretaris Eksekutif Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Heru Dewanto, dalam diskusi KIPD AIPI terkait Perubahan Iklim dan Transisi Energi Berkeadilan, di Jakarta, Kamis.
Transisi energi dinilai berpotensi menjadi penggerak ekonomi karena dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan investasi dan mendukung inovasi.
Heru mencatat Indonesia membutuhkan 314,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) investasi dalam periode 2018-2030 untuk mendorong percepatan transisi energi.
Investasi diperlukan untuk mendorong penjualan kendaraan listrik di pasar domestik, meningkatkan kapasitas EBT serta membangun infrastruktur pendukung EBT. Dengan potensi nilai pasar karbon yang mencapai 909 miliar dolar AS atau setara Rp13.636 triliun (2022), Indonesia berpotensi mengundang kerja sama dan transaksi di pasar karbon.
Adapun transisi energi dinilai berpotensi menciptakan 3,7 juta lapangan pekerjaan di sektor EBT. Pada sisi lain, klasterisasi ekosistem yang menghubungkan vokasi dan industri dalam transisi energi dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas lapangan pekerjaan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan SDM.
Heru mengungkapkan Ganjar-Mahfud mencanangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen selama lima tahun ke depan. Selain transisi energi, mesin pertumbuhan ekonomi yang akan digenjot paslon tersebut adalah hilirisasi, digitalisasi serta ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Lebih lanjut, Heru menjelaskan penciptaan ekonomi baru diperlukan lantaran mesin ekonomi lama dinilai tidak mampu membuat Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
"Dari 1993-2023, 30 tahun sudah kita di ekonomi menengah. Harus ada aksi yang extraordinary (luar biasa) dengan menciptakan mesin ekonomi baru, salah satunya adalah transisi energi. Transisi energi kami letakkan dalam konteks membangun ekonomi baru menuju pertumbuhan yang lebih tinggi," katanya pula.
Baca juga: Pengamat: Presiden terpilih harus akselerasi program transisi energi
Baca juga: AIPI: Tiga sektor perlu perhatian untuk akselerasi transisi energi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024