Menurut Parsadaan, aplikasi SIREKAP tersebut saat ini sedang diperbaiki sistemnya, sedang PKPU tentang aplikasi itu masih dalam pembahasan pemerintah dan DPR.
"SIREKAP ini mensupport, membantu agar dalam proses pungut hitung itu, kita juga bisa pantau. Semua bisa memantau dan itu terbuka sehingga ada gambaran-gambaran walaupun hasil tetap yang dipakai secara resmi adalah hasil rekapitulasi secara manual. Wajibnya itu, dan SIREKAP itu sunnah," kata Parsadaan ketika melakukan kunjungan di Muna Barat, Kamis.
Ia menjelaskan SIREKAP tidak akan menjadi dasar dalam proses merekapitulasi perolehan suara. Alat ukur yang paling utama dalam pungut hitung suara Pemilu 2024 adalah rekapitulasi berjenjang. "Dari TPS, PPK dan seterusnya," ujarnya.
Parsadaan Harahap mengatakan kehadiran SIREKAP diharapkan menjadi kanalisasi bagi masyarakat terhadap hasil pemilu, karena biasanya selesai pencoblosan dan pungut hitung peserta pemilu langsung mendaku/klaim menang. Ketika mendaku itu konstituen terpengaruh.
"Tetapi kalau ada SIREKAP bisa dipantau, begini lho posisinya. Jadi, ada kanalisasi sehingga emosi itu tidak menumpuk. Kemudian pada saat manual ternyata tidak seperti yang digambarkan oleh tim-tim itu. Ada SIREKAP, ada kanalisasi istilahnya, untuk pelarian jangan sampai terlalu terfokus pada satu isu bahwa ada alternatif dalam melihat hasil dari pemilu," tuturnya .
Kata dia, dengan adanya SIREKAP sangat penting untuk membangun psikologis yang sehat di masyarakat, sebab pemilu melibatkan psikologis masyarakat secara luas.
"Jadi, begini pemilu ini kan melibatkan psikologis masyarakat secara luas. Ada tim sukses, ada pendukung dan ada calon," ucapnya.
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024