Baghdad (ANTARA News) - Tujuh orang tewas dalam serangan-serangan di Irak, Jumat, kata sejumlah pejabat, yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang memburuk di negara itu meski operasi terhadap militan telah dilakukan selama beberapa pekan.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki berjanji melanjutkan operasi keamanan untuk berusaha mengendalikan kekerasan, yang tahun ini menewaskan lebih dari 3.500 orang, lapor AFP.

Dalam serangan paling mematikan, orang-orang bersenjata menyerbu sebuah rumah di daerah berpenduduk mayoritas Syiah di sebelah utara Baghdad, menewaskan tiga orang.

Serangan di Hilla, daerah di sebelah selatan ibu kota Irak tersebut namun juga berpenduduk mayoritas Syiah, menewaskan dua orang.

Lima penembakan dan pemboman terpisah di Baghdad dan Mosul, kota berpenduduk mayoritas Arab Sunni di Irak utara, menewaskan dua orang dan mencederai 10 lain.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Kekerasan Jumat itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.500 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013