Kreativitas itu misalnya dengan memberi diskon kepada para pembeli di luar negeri yang bersedia meningkatkan volume pembelian,"

Banjarmasin (ANTARA News) - Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa meminta eksportir pertanian agar kreatif mengelola atau memanfaatkan momentum melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Kreativitas itu misalnya dengan memberi diskon kepada para pembeli di luar negeri yang bersedia meningkatkan volume pembelian," ujarnya kepada komunitas wartawan parlemen atau Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, Jumat.

"Dengan meningkatnya volume pembelian oleh luar negeri, penjualan bertambah dan keuntungan pun otomatis bertambah," lanjut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel tersebut, memberi contoh.

Menurut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian tersebut, kini saat yang tepat bagi eksportir Indonesia meningkatkan volume ekspor, terlebih dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sekarang hampir mencapai Rp11.000/dolar AS.

Ia berharap, tambahan volume ekspor komoditas tersebut berasal dari para petani, nelayan dan pembudidaya ikan di dalam negeri.

"Harapannya, keuntungan yang diraih para eksportir tersebut bisa dinikmati juga oleh petani. Karena petani, nelayan dan pembudidaya ikan mesti dibantu agar mereka bisa hidup layak," tandasnya.

Dalam kondisi nilai rupiah seperti saat ini, menurut dia, sektor usaha dan industri berorientasi ekspor yang bergerak di bidang pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan sangat diuntungkan.

"Sebab semua ongkos produksi, mulai dari bahan baku, tenaga kerja hingga proses selanjutnya menggunakan mata uang rupiah. Sementara ia menerima pendapatan dalam bentuk dolar, jadi jelas keuntungannya bisa lebih banyak," lanjutnya.

Selain eksportir produk pertanian, produsen hasil bumi dan produk-produk dalam negeri lainnya mestinya mampu juga memanfaatkan momen melemahnya nilai tukar rupiah dengan dolar AS tersebut. Pasalnya, produk-produk impor yang dijual di dalam negeri tentu harganya bertambah mahal.

"Asal bisa menjaga kualitas, produk dalam negeri akan mendapat tempat di hati masyarakat luas dan menjadi `tuan rumah` di negeri sendiri. Saatnya membuktikan, bahwa produk dalam negeri tidak kalah kualitasnya dibanding produk impor," demikian Habib Nabiel.
(KR-SHN/M019)

Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013