"Paket kebijakan itu penting, artinya pemerintah mementingkan cara bagaimana mengatasi pasar keuangan di dalam negeri. Faktor psikologis seperti ini akan berpengaruh terhadap pasar. Namanya kebijakan, bukan untuk jangka pendek, melainkan jangka panjang," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, paket kebijakan itu memberi kesempatan bagi perusahaan untuk memperbaiki prospek bisnisnya sehingga investor akan menghitung nilai di masa depan (future value).
"Saat orang mau membeli saham di pasar modal, ada nilai saat ini (present value) dan nilai masa depan (future value). Maka, ada investor yang membeli saham meski harganya dinilai mahal," katanya.
BEI pun tetap yakin beberapa calon emiten yang berencana melantai di bursa pada semester dua 2013 akan tetap menjalankan rencananya meski terjadi gejolak pasar seperti saat ini.
Hoesen menambahkan pasar modal merupakan tempat mencari pendanaan, keputusan perusahaan masuk ke pasar modal bergantung pada kebutuhan permodalan perusahaan masing-masing.
"Perusahaan ingin mendapatkan dana ekspansi, bisa dari bank atau ke pasar modal. Waktu 2008 lalu ketika terjadi krisis, emiten yang mencatatkan sahamnya juga cukup banyak, saat 2004--2005 juga," ujarnya.
Sejak Agustus 2013, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia telah menurun hingga 9,56 persen.
Kalangan analis menilai pelemahan didorong oleh investor asing yang cenderung mengambil posisi lepas saham.
Tercatat, pelaku pasar asing membukukan jual bersih sepanjang tahun ini sebesar Rp8,058 triliun.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013