Jakarta, (ANTARA News) - Sejumlah LSM menyesalkan perusahaan pertambangan besar, PT Sorikmas Mining (SMM) menuntut Dephut melepaskan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) untuk operasi pertambangan emasnya. Padahal, menurut Koordinator JATAM, Siti Maemunah di Jakarta, Selasa (1/8) hal itu akan sangat mengancam kawasan tangkapan air bagi Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan sekitarnya yang bergantung pada kelestarian TNBG. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Conservation International, menegaskan, di tengah kerusakan hutan dan penurunan kualitas lingkungan yang makin parah di pulau Sumatra, desakan pelaku pertambangan sangatlah tidak memiliki etika. PT SMM, ujarnya, menuntut pemerintah untuk menghormati Kontrak Karya, sementara perusahan itu melupakan klausul Kontrak Karya yang menyatakan bahwa perusahaan harus mengikuti peraturan lingkungan Hidup yang berlaku. "Perusahaan dengan demikian tidak mengakui UU Kehutanan yang melarang pertambangan terbuka di kawasan lindung yang tetap berlaku terhadap PT Sorikmas," katanya. Padahal itu telah dikuatkan oleh pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa perusahaan yang masih dalam tahap eksplorasi harus menyesuaikan operasinya dengan UU Kehutanan, ujarnya. Ia menguraikan, analisis valuasi ekonomi antara ekonomi tambang dan ekonomi hutan lindung menunjukkan bahwa ekonomi hutan lindung yang berkelanjutan bernilai dua kali lipat dari pada nilai ekonomi tambang yang hanya sementara. Hutan lindung memberikan nilai manfaat ekonomi sebesar Rp265,5 milyar/tahun, sementara ekonomi tambang dan HPH hanya memberi manfaat sebesar Rp121,3 milyar/tahun, atau hanya setengahnya, ujarnya. PT Sorikmas Mining yang konsesi lahannya tumpang tindih dengan kawasan TNBG meliputi luasan 33.640 hektar itu dimiliki oleh OROPA Ltd, perusahaan dari Australia yang mencatatkan saham di Australia Sock Exchange (ASX), dan PT ANTAM, perusahaan milik pemerintah RI. Kawasan TNBG ini merupakan bagian dari daerah resapan air seluas 386.455 Ha atau sekitar 58,8 % dari total luas kabupaten Madina. Kawasan resapan air ini sangat berharga untuk menjaga ketersediaan air bagi 360.000 orang dan lebih dari 34.500 Ha sawah serta 43.000 Ha perkebunan kopi dan karet rakyat. Selain itu, kawasan TNBG akan merupakan kawasan penting bagi habitat mamalia khas Sumatera dan memiliki nilai penting konservasi global. Terdapat 42 jenis mamalia antara lain harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Naemorhedus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa sambar (Cervus unicolor), kijang muncak (Muntiacus muntjak), empat jenis primata dan beberapa jenis kucing hutan.(*)

Copyright © ANTARA 2006