Perkembangan saat ini belum menjadi pemicu untuk mengubah peringkat utang. Kami sudah mempertimbangkan adanya potensi kerentanan dan volatilitas yang sedang terjadi di pasar keuangan saat ini,"

Jakarta (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat internasional Fitch memaparkan kebijakan manajemen yang memadai akan menjadi faktor kunci untuk mewujudkan stabilitas ekonomi di India dan Indonesia, meskipun saat ini terjadi tekanan pada mata uang dan harga aset.

Rilis terbaru Fitch yang diterima di Jakarta, Kamis, menyebutkan gejolak yang saat ini terjadi di negara berkembang Asia belum menjadi pemicu Fitch untuk menurunkan peringkat utang dari India dan Indonesia.

"Perkembangan saat ini belum menjadi pemicu untuk mengubah peringkat utang. Kami sudah mempertimbangkan adanya potensi kerentanan dan volatilitas yang sedang terjadi di pasar keuangan saat ini," kata rilis tersebut.

Fitch mengatakan pasar saat ini sedang mengantisipasi rencana Bank Sentral AS (The Fed) yang menimbulkan persepsi risiko, dan kondisi gejolak ini bisa bertahan lama, apabila tidak ada kepastian yang jelas terkait rencana penghentian Quantitative Easing.

Saat ini terjadi pelemahan tajam nilai tukar rupiah Indonesia dan rupee India terhadap dolar AS yang mencerminkan adanya defisit transaksi berjalan secara signifikan dan diperparah oleh kemungkinan adanya pembalikan arus modal.

Selain itu, kondisi ini juga dapat diperburuk oleh potensi peningkatan kredit sektor swasta, pelebaran defisit anggaran dan laju inflasi tinggi yang dapat menurunkan kepercayaan investor serta merusak stabilitas sistem keuangan.

Fitch memandang pemerintah masing-masing negara telah berkomitmen untuk menerbitkan paket kebijakan yang konsisten untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan tingkat kredit.

Fitch juga memaparkan tiga alasan untuk mempertahankan peringkat utang Indonesia dan India dengan outlook stabil BBB-, yaitu cadangan devisa yang memadai meskipun berada dalam tekanan.

"Cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli mencapai 93 miliar dolar AS atau turun dari 106 miliar dolar AS, tahun lalu. Sedangkan India masih memiliki cadangan devisa 279 miliar dolar AS pada pertengahan Agustus atau turun dari 291 miliar dolar AS, tahun lalu," jelas rilis tersebut.

Kemudian, kedua negara telah menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka. Di India, Fitch berharap kebijakan fiskal yang ada masih sejalan dengan kondisi tahun lalu, dimana defisit anggaran mencapai lima persen terhadap PDB.

Sedangkan, Indonesia telah menaikkan suku bunga bank sentral hingga 75 basis poin dan diperkirakan defisit anggaran hanya mencapai dua persen terhadap PDB.

Fitch sangat mendukung komitmen yang jelas dari pengelolaan permintaan yang dapat memberikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tanpa adanya intensifikasi kerentanan, seperti defisit anggaran, inflasi atau ketidakpastian eksternal.

Terakhir, kedua negara telah melakukan reformasi secara struktural yang secara politis sulit dilakukan seperti melakukan reformasi dalam kebijakan BBM bersubsidi. Kebijakan tersebut telah membantu kinerja anggaran dalam jangka menengah, mendukung pemanfaatan lebih efektif dan mengurangi defisit.

Reformasi yang telah dilakukan inilah yang dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan di kedua negara dan menarik minat investasi dalam jangka panjang. Pemberian bentuk insentif juga merupakan dukungan yang baik.

(S034/B012)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013