Volatilitas di pasar uang semakin tinggi, pergerakannya cenderung melemah bagi mata uangJakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah masih melanjutkan pelemahan ke posisi Rp11.095 per dolar AS pada Kamis sore seiring belum adanya kepastian kebijakan dari bank sentral AS (the Fed) mengenai stimulus keuangannya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 150 poin menjadi Rp11.095 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.945 per dolar AS.
"Pelaku pasar keuangan di dalam negeri belum mendapatkan informasi yang pasti terkait langkah the Fed sehingga dampaknya di pasar uang domestik cukup terasa," ujar analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri di Jakarta, Kamis.
Secara psikologis, ia mengatakan hal itu akan mengapresiasi mata uang dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah, namun koreksi juga terjadi pada mata uang di negara kawasan Asia.
"Volatilitas di pasar uang semakin tinggi, pergerakannya cenderung melemah bagi mata uang. Pesimisme pelaku pasar uang Indonesia masih terjadi," ucapnya.
Kendati demikian, Reny meyakini bahwa Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi sehingga depresiasi nilai tukar domestik tidak terlalu dalam.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan rupiah masih dibayangi oleh kekhawatiran pengurangan stimulus moneter the Fed dalam waktu dekat setelah dalam pertemuan FOMC menunjukan bahwa bank sentral AS masih mendukung rencana pengurangan pemberian stimulus moneter pada tahun ini.
Ia mengatakan meningkatnya aktivitas manufaktur China dan rencana pemerintah Indonesia untuk memberikan paket mengatasi perlambatan ekonomi dan pelemahan rupiah memang dapat memberikan sentimen positif, namun sentimen masih rapuh.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp10.795 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.723 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013