Keempat profesor yang dikukuhkan tersebut adalah Prof Andriani Kusumawati, Prof Dr Agustin Krisna Wardani, Prof Dr Endah Rahayu Lestari, dan Prof Dr Sucipto.
Prof Andriani Kusumawati merupakan guru besar ke-13 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan profesor aktif ke-202 sekaligus ke-363 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB. Sedangkan Prof Agustin Krisna Wardani merupakan profesor ke-26 di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan ke-203 serta ke-364 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB.
Selanjutnya, Prof Endah Rahayu Lestari serta Prof Sucipto sebagai profesor ke-27 di FTP serta Prof Sucipto yang masing-masing sebagai profesor ke-27 dan ke-28 di FTP, serta profesor aktif ke-204 dan ke-205, dan menjadi profesor ke-365 dan ke-366 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Andriani Kusumawati mengatakan konsep Food Selfie-posting Citizenship Behavior untuk mempromosikan city branding melalui wisata gastronomi pada era digital cukup efektif dan relevan.
"Namun peran ekstra dan sukarela dari konsumen dengan budaya food selfie posting perlu dimanfaatkan ke arah yang positif untuk mempromosikan dan memposisikan diri sebagai bagian dari city branding," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, masih sangat sedikit perhatian dalam konteks wisata gastronomi yang mengkaji food selfie-posting citizenship behavior yang berdampak positif.
Baca juga: Empat profesor UB kompak bahas keamanan pangan dalam pengukuhannya
Sementara itu Prof Dr Agustin Krisna Wardani mengenalkan Teknologi BioSIFAG yaitu Teknologi Biopreservasi Berbasis Bakteriosin dan Bakteriofag.
Kelebihan dari teknologi BioSIFAG adalah alami, aman terhadap kesehatan, spesifik, dan rendah dalam menimbulkan risiko resistensi. Sedangkan kelemahannya adalah terbatasnya spektrum penghambatan terhadap bakteri target.
Sedangkan Prof Dr Endah Rahayu Lestari menyampaikan industrialisasi telah mendorong berbagai masalah lingkungan yang berkembang pesat di masyarakat. Oleh karena itu, ia merancang Integrated Greener Strategy Model untuk mencapai kinerja berkelanjutan dengan inovasi hijau.
"Namun demikian, model ini hanya dikreasi pada industri pangan, sehingga penting melakukan investigasi pada sektor lain," ujarnya.
Sementara Prof Dr Sucipto mengemukakan konsep Halalan-Thoyyiban Assurance System (HTAS) yang mengintegrasikan jaminan halal, aman, dan kualitas berbasis aspek teknologi dan manajemen, didukung infrastruktur mutu nasional.
"Konsep HTAS ini semestinya diterapkan pada level produsen pangan untuk menjamin produknya dikategorikan sebagai produk halal. Integritas HTAS dapat diperkuat dengan pilihan teknologi traceability pendukung transparansi jaminan pangan," katanya.
Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan profesor ke-355 hingga ke-358
Baca juga: Universitas Brawijaya tambah empat profesor dari dua fakultas
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024