Kekhawatiran terhadap resiko geopolitik saat ini mendominasi sentimen pelaku pasar
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah di akhir perdagangan Selasa anjlok menjadi Rp15.593 per dolar AS, disebabkan oleh kekhawatiran terhadap risiko geopolitik.
"Kekhawatiran terhadap resiko geopolitik saat ini mendominasi sentimen pelaku pasar," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva di Jakarta, Selasa.
Dari Pusat Komando Amerika Serikat (AS), sebuah kapal kontainer yang dimiliki dan dioperasikan AS pada Senin dihantam oleh rudal balistik antikapal dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Baca juga: Rupiah berpotensi melemah dipengaruhi ketegangan di Timur Tengah
Baca juga: Rupiah Selasa tergelincir 26 poin jadi Rp15.581
Selain itu, pergerakan mata uang rupiah hari ini juga tertekan oleh penguatan kinerja mata uang dolar AS pasca-komentar dari pejabat The Fed.
Taufan menuturkan Presiden Federal Reserve (Fed) Atlanta Raphael Bostic yakin suku bunga harus dipertahankan setidaknya hingga musim panas untuk mencegah harga naik lagi.
Di sisi optimisme, rilis neraca perdagangan Indonesia yang surplus akan memberi angin segar pada kinerja mata uang rupiah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia untuk Desember 2023 menyentuh 3,31 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan data tersebut, kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2023 mencatat surplus 36,93 miliar dolar AS, melanjutkan capaian surplus pada periode yang sama pada 2022 sebesar 54,46 miliar dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah menurun sebesar 38 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.593 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.555 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah turun tipis di tengah surplus neraca perdagangan Indonesia
Baca juga: Rupiah dibuka melemah di tengah proyeksi surplus neraca perdagangan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024