Yerusalem (ANTARA) - Israel mengatakan fase "intensif" perang melawan Hamas di Gaza selatan akan "segera" berakhir di tengah meningkatnya aksi kekerasan di Tepi Barat yang menyebabkan sejumlah warga Palestina tewas.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada Senin (15/1) bahwa militer Israel telah menyelesaikan "tahap manuver intensif di Jalur Gaza utara."
Dia menambahkan bahwa di wilayah kantong selatan Palestina, "tahap intensif" perang diperkirakan akan "segera" berakhir.
Menurut Gallant, perang melawan Hamas yang dimulai setelah serangan mendadak Hamas di Israel pada 7 Oktober, akan berakhir saat "tidak ada lagi ancaman militer dari Gaza", dan ketika "Hamas tidak mampu memerintah dan berfungsi sebagai kekuatan militer" di Gaza.
Setelah perang berakhir, Palestina akan menjalankan pemerintahan di Gaza, kata dia.
"Warga Palestina tinggal di Gaza dan oleh karena itu rakyat Palestina akan menjalankan pemerintahan di sana di masa mendatang. Pemerintahan Gaza di masa mendatang harus berkembang dari Jalur Gaza," ujarnya.
Gallant mengatakan Gaza akan dikelola oleh pemerintahan masa depan yang akan menjadi sebuah "alternatif sipil yang peduli pada kesejahteraan penduduk Gaza" dan tidak berseteru dengan Israel.
Dia menekankan bahwa pasukan Israel akan memiliki "kebebasan beroperasi" di daerah kantong tersebut untuk melindungi warga Israel.
Sementara itu di Kota Gaza, sedikitnya belasan orang tewas akibat tembakan tank, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Di atas Khan Younis, kota terbesar di Jalur Gaza selatan, awan asap hitam terlihat mengepul, dan sejumlah serangan juga dilaporkan terjadi di kamp pengungsi Nuseirat.
Sejak pecahnya konflik tersebut, jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza telah melampaui 24.100 orang, menurut kementerian itu.
Daerah kantong Palestina tersebut juga dilanda kelaparan parah. Rekaman video di media sosial menunjukkan ratusan warga Gaza bergegas menuju sebuah truk bantuan di Kota Gaza.
Israel telah melakukan pengepungan total terhadap Gaza dan "sederet hambatan bagi distribusi bantuan yang aman dan tertib", yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah, tutur Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat.
Sementara itu, di wilayah Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel menembak mati seorang wanita Palestina berusia 24 tahun dan seorang pria berusia 22 tahun di Dura, Hebron, di tengah bentrokan dalam serangan militer Israel.
Korban tewas ketiga, seorang pria berusia 37 tahun, ditembak mati di sebuah pos pemeriksaan militer di Tulkarem timur, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sejak 7 Oktober, lebih dari 300 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat.
Di Ra'anana, sebuah kota di timur laut Tel Aviv, Israel, terjadi serangan dengan menabrakkan mobil dan penikaman yang dilakukan oleh dua warga Palestina dari Hebron. Insiden itu menyebabkan seorang wanita lanjut usia tewas dan 17 lainnya luka-luka, menurut otoritas Israel.
Hamas mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan mendeskripsikannya sebagai "respons alamiah terhadap pembantaian pelaku pendudukan dan agresi berkelanjutan mereka terhadap rakyat Palestina."
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024